:
Oleh Dian Thenniarti, Rabu, 7 Desember 2016 | 14:23 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 494
Jakarta, InfoPublik - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) INSA selaku operator siap menggandeng Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku regulator untuk meningkatkan mutu pelaut dan selanjutnya mempertahankan pada level yang seharusnya agar kecelakaan kapal yang hampir setiap pekan terjadi tidak terulang kembali.
Ketua Umum DPP INSA, Carmelita Hartoto sependapat dengan penyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi beberapa waktu lalu yang menuturkan kecelakaan di laut memang cukup menyedihkan, terlebih hampir setiap pekan insiden itu terjadi. Meski kapal yang mengalami kecelakaan adalah kapal asing atau kapal tidak bersertifikat, kalau terjadi di wilayah Indonesia, tetap tanggung jawab Kementerian Perhubungan.
Carmeilta juga menyatakan bahwa DPP INSA juga menyayangkan dalam kebanyakan insiden kecelakaan kapal diberitakan penyebab kecelakaan adalah cuaca buruk, dihantam badai, gelombang besar dan fenomena alam lainnya. "Karenanya keterbukaan akan hasil Root Cause Analysis sebaiknya bisa cepat di berikan pada pihak yang berkepentingan agar bisa menjadi referensi pencegahan dikemudian hari," katanya.
Carmelita mengatakan sebagai langkah kongkrit, DPP INSA siap bekerjasama dengan Badan Diklat, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut ataupun Asosiasi Pelaut yang kredibel untuk meningkatkan mutu pelaut dan selanjutnya mempertahankan pada level yang seharusnya. "Satu hal yang menjadi permasalahan adalah apabila perusahaan pelayaran tersebut tidak ada dalam keanggotaan INSA maka akan sulit bagi INSA untuk bisa membantu secara langsung karena tidak adanya akses," katanya.
Terkait kecelakaan kapal yang terjadi kemarin, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginformasikan, semua awak KLM Sinar Mutiara selamat dalam kecelakaan yang mengakibatkan tenggelamnya kapal tersebut.
Tenggelamnya KLM Sinar Mutiara telah dilaporkan secara resmi oleh Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Telaga Biru Bangkalan, Madura, Abdullah Hadi kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub.
Adapun kapal tersebut dilaporkan tenggelam di perairan Utara Madura kurang lebih 18 NM Utara Ketapang pada 5 Desember 2016 sekitar pukul 04.30. Kapal berbobot 50 GT dinakhodai Ali Imron sesuai manifest mengangkut sembilan orang anak buah kapal (ABK), pegawai ternak enam orang, dan ditambah 11 orang pegawai tambahan, serta membawa 141 ekor Sapi dan 710 ekor kambing.
Kapal dibawah PT Makmur Berkat Jaya, Telaga Biru, bertolak dari Pelabuhan Telaga Biru setelah mendapatkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) pada pukul10.30 dengan pelabuhan tujuan Banjarmasin.
Sebelum kapal tenggelam, menurut Abdullah, Nakhoda sempat menghubungi keluarganya melalui telepon, agar dikirimkan bantuan, karena kapal akan tenggelam dan menginformasikan posisi kapal berada di pengeboran Bukit Tua, Terminal Ketapang.
"Sekitar pukul 17.00, kapal tidak bisa dihubungi baik melalui sambungan telepon maupun radio. Kami langsung berkoordinasi dengan Bukit Tua untuk lakukan SAR berkoordinasi dengan Basarnas dan BNPBD," ujar Abdullah.
Pada (6/12) sekitar pukul 08.00, Nakhoda menghubungi keluarga melalui sambungan telepon, mengabarkan bahwa semua awak kapal selamat dan ditolong oleh kapal nelayan serta dievakuasi ke KLM Purnama Haji yang melintas dari Banjarmasin menuju Telaga Biru.
Namun begitu, seluruh angkutan ternak ikut tenggelam bersama kapal. Tidak ada dampak pencemaran laut dari kejadian itu. "Dugaan sementara, kapal tenggelam dampak angin dan hujan kencang disertai ombak tinggi," kata Abdullah.
Selain itu, Kemenhub juga mengabarkan bahwa kapal berbendera Malaysia TB Lom Kim Chuan 118 yang tenggelam di laut sekitar TSS batas perairan Batam-Malaysia pada Senin Malam (5/12/2016), diduga terjadi lantaran dihantam ombak dan angin di lambung kanan.
Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub, A Tonny Budiono mengatakan, Kapal berjenis tongkang/kapal tunda itu mengangkut sembilan orang termasuk Nakhoda Capt. Donnald R J. Oley, dan membawa 95 kontainer serta tujuh voith paper.
Kapal berlayar dari pelabuhan Port Klang, Malaysia pada 2 Desember 2016 sekitar pukul 10.00 setempat dengan rute pelabuhan tujuan RAPP buatan Sungai Siak Pekanbaru. Dari kecelakaan tersebut, semua awak dan Nakhoda selamat. Tugboat dan barge juga dapat diselamatkan sedangkan angkutan barangnya yakni 60 kontainer jatuh ke laut beserta enam voith paper.
Adapun kronologis kejadian kecelakaan tersebut adalah pada saat kapal melakukan penyeberangan TSS tiba-tiba angin kencang datang dari arah Barat, tepat di lambung kanan. Nakhoda berusaha putar haluan namun tidak bisa karena kepadatan lalu lintas laut pada saat itu. Selesai melakukan crossing, tongkang terlihat miring dan saat dicek ternyata beberapa angkutan sudah jatuh ke laut. "Kapal langsung berubah haluan ke pulau Rupat untuk berlindung, namun sebagian barang bawaan tidak bisa diselamatkan, karena keadaan kapal miring," ujar Tonny.
Atas kejadian dua kecelakaan tersebut, Tonny Budiono menyampaikan agar para Nakhoda memperhatikan laporan kondisi cuaca di setiap melakukan pelayaran. "Saya menyayangkan kecelakaan laut terjadi lagi karena faktor cuaca. Untuk itu, saya minta agar Nakhoda kapal harus memperhatikan laporan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG agar kejadian serupa tidak terulang lagi," tegas Tonny.