:
Oleh H. A. Azwar, Minggu, 13 November 2016 | 20:28 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 661
Jakarta, InfoPublik - Tahun 2016 adalah tahun bencana. Pasalnya, berdasarkan data sementara selama tahun 2016 yaitu dari 1 Januari 2016 hingga 12 November 2016 ini saja telah tercatat sebanyak 1.985 kejadian bencana.
Jumlah ini akan masih terus bertambah karena curah hujan akan terus meningkat selama bulan November hingga Desember sehingga kejadian banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah.
Selain itu belum semua kejadian bencana yang ada di BPBD belum dilaporkan ke BNPB, kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Minggu (13/11).
Dijelaskannya, jumlah kejadian bencana sebanyak 1.985 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir. Meskipun bencana yang terjadi tidak termasuk bencana besar, namun korban jiwa dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar.
Sebagai perbandingan jumlah kejadian bencana selama 10 tahun terakhir adalah tahun 2007 ada 816 bencana, 2008 (1.073), 2009 (1.246), 2010 (1.941), 2011 (1.633), 2012 (1.811), 2013 (1.674), 2014 (1.967), dan 2015 ada sebanyak 1.677 bencana, jelasnya.
Sementara, lanjut Sutopo, untuk dampak yang ditimbulkan bencana selama tahun 2016 adalah 375 orang tewas, 383 jiwa luka-luka, 2,52 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari 34 ribu rumah rusak. “Diprediksi dampak bencana ini akan terus bertambah,” imbuhnya.
Dari 1.985 bencana, menurut Sutopo, bencana banjir adalah yang paling banyak terjadi yaitu 659 kejadian. Selanjutnya berturut-turut adalah puting beliung 572 kejadian, longsor 485, kebakaran hutan dan lahan 178, kombinasi banjir dan longsor 53, gelombang pasang dan abrasi 20, gempa bumi 11, dan erupsi gunungapi 7 kejadian.
Bencana longsor merupakan bencana yang menimbulkan korban tewas paling banyak yaitu 161 jiwa. Sedangkan banjir menyebabkan 136 jiwa tewas, kombinasi banjir dan longsor 46 tewas, puting beliung 20 jiwa, erupsi gunungapi 7 jiwa, gempabumi 3 jiwa, dan kebakaran hutan dan lahan 2 jiwa, ujarnya.
Sutopo menyebut, tingginya curah hujan akibat pengaruh dari La Nina lemah, menguatnya Dipole Mode negatif dan hangatnya perairan muka air laut di sekitar Indonesia telah menyebabkan meningkatnya banjir, longsor dan puting beliung. Selain itu luasnya daerah aliran sungai yang kritis, kerusakan lingkungan, degradasi sungai, tingginya kerentanan dan masih terbatasnya mitigasi struktural dan non struktural di masyarakat menyebabkan bencana terus meningkat.
Jutaan jiwa masyarakat tinggal di daerah-daerah rawan bencana. Ada 64 juta jiwa masyarakat yang terpapar dari bahaya banjir dengan intensitas sedang hingga tinggi. Begitu juga dengan longsor, ada 40,9 juta jiwa masyarakat yang terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi.
Mereka tinggal di zona merah dengan kemampuan mitigasi yang masih terbatas sehingga saat terjadi hujan sebagai pemicu maka terjadi bencana, papar Sutopo.
Selain itu, dikatakannya, beberapa daerah yang sebelumnya jarang terjadi bencana, saat ini mudah terjadi bencana. Misal Kota Bandung yang secara beruntun mengalami bencana.
Pada Minggu (3/11), Kota Bandung kembali direndam banjir karena hujan beritensitas tinggi dan drainase perkotaan yang sudah tidak mampu menampung aliran permukaan. Hujan es dan angin kencang terjadi di beberapa tempat sehingga menyebabkan pohon tumbang. Stasiun keretaapi di Kota Bandung juga direndam banjir. Begitupun Jakarta yang makin rentan oleh banjir dan puting beliung.
Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung. Diprediksikan hujan akan terus meningkat hingga puncaknya pada Januari 2017 mendatang. Sesuai dengan polanya, Januari merupakan puncak curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pola bencana juga menunjukkan bahwa Januari adalah bulan paling banyak bencana di Indonesia, tukas Sutopo.