Banjir Karawang Akibat Drainase Buruk dan Hujan Lebat

:


Oleh H. A. Azwar, Minggu, 13 November 2016 | 07:53 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 689


Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, akibat hujan lebat dan buruknya drainase telah menyebabkan banjir di Karawang hingga Sabtu (12/11).

Banjir di Karawang bukan disebabkan melimpasnya Waduk Saguling. Tidak ada kaitan antara melimpasnya Waduk Saguling dengan banjir di Karawang, begitu juga melimpasnya Waduk Saguling tidak akan memberikan dampak kepada masyarakat di Bandung karena aliran Waduk Saguling ke utara sementara itu Bandung lebih tinggi posisinya dan berada di tenggara Waduk Saguling, kata Sutopo, Sabtu (12/11).

Menurut Sutopo, banjir masih merendam sejak Jumat (11/11) hingga Sabtu (12/11) ini. Pada Sabtu (12/11) siang banjir masih merendam Dusun Simargalih RT 02/06 Desa Parungsari Kecamatan Ciampel dan Komplek Surya Cipta Karawang.

15 unit rumah terendam setinggi 25 - 150 cm. Penyebab banjir karena adanya penyempitan tiang jembatan di Sungai Cirinjing. Tidak ada korban jiwa akibat banjir tersebut, ujar Sutopo.

Sementara itu, hujan lebat yang berlangsung terus menerus di hulu DAS Citarum telah menyebabkan debit Sungai Citarum meningkat. Bahkan di beberapa tempat di Dayeuhkolot, Rancaekek dan daerah lain di Kabupaten Bandung akibat luapan Sungai Citarum. Meningkatnya debit Sungai Citarum tersebut menyebabkan tinggi muka air Waduk Saguling melimpas karena melebihi batas tinggi muka air 643 meter di atas permukaan air laut (m dpal) sejak Jumat (11/11).

Pada saat elevasi mencapai 643,8 m dpal maka pintu spillway akan dibuka setinggi satu meter sehingga debit Sungai Citarum akan bertambah besar. Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling telah memberitahukan kepada semua pihak pembukaan pintu air tersebut sejak Jumat (11/11) kemarin.

Hingga Sabtu pagi (12/11) tinggi muka air Waduk Saguling mencapai 643,9 m dpal. Debit inflow atau volume air Sungai Citarum ke Waduk Saguling masih tinggi yaitu 360 meter kubik per detik sehingga tinggi muka air waduk terus naik sehingga masih terus melimpas dengan debit 171,73 meter kubik per detik.

“Masyarakat di sekitar bantaran Sungai Citarum dari outlet Waduk Saguling hingga Inlet Waduk Cirata dihimbau untuk waspada dari banjir,” kata Sutopo.

Sutopo menambahkan, belum ada laporan banjir yang merendam desa-desa di bantaran sungai di sekitar Saguling. Masyarakat di desa yang berpotensi terkena dampak meliputu Desa Cipageran, Desa Jati, Desa Cikonde, Desa Bojong Heulang, Desa Saguling, dan Desa Girimukti telah disiagakan jika sewaktu-waktu terjadi banjir. “BPBD terus berkoordinasi dengan semua pihak mengingat tinggi muka air Waduk Saguling terus naik,” beber Sutopo.

Sementara itu, di bawah Waduk Saguling terdapat Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang masih mampu menampung luapan banjir dari Waduk Saguling. Kedua waduk tersebut belum melimpas sehingga masih aman.

Tinggi muka air Waduk Cirata pada Sabtu (12/11) pagi tercatat 219,84 m dpal. Batas melimpas jika lebih dari 220,07 m dpal. Tujuh spillway di Waduk Cirata masih ditutup. Begitu juga dengan Waduk Jatiluhur masih belum melimpas.

Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Ancaman banjir, longsor dan puting beliung akan makin meningkat. Hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama akan makin meningkat. Musim hujan diprediksi hingga April 2017 dengan puncak hujan pada Januari 2017 mendatang, tukas Sutopo.