:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 27 September 2016 | 10:25 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K
Jakarta, InfoPublik - Selasa (27/9) ini adalah masa akhir tanggap darurat bencana banjir bandang di Garut. Namun ternyata masih banyak masalah yang belum dapat dituntaskan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan masih memerlukan status tanggap darurat untuk memudahkan akses dalam penanganan darurat.
Masih ada 19 korban jiwa hilang. 6.361 jiwa masih mengungsi di 12 titik pengungsian. Begitu juga kerusakan bangunan meliputi 605 rumah rusak berat, 200 rumah rusak sedang, 961 rumah rusak ringan, 255 rumah terendam dan 283 rumah hanyut. Selain itu juga terdapat kerusakan sekolah, rumah ibadah, rumah sakit dan bangunan umum lainnya. Tidak mungkin mengatasi semua itu tanpa status tanggap darurat, kata Sutopo di Jakarta, Selasa (27/9).
Pada Senin (26/9) kemarin, Tim SAR berhasil menemukan satu korban hilang lagi sehingga sampai hari ke 6 berjumlah 34 orang. Pada Selasa (27/9) ini, pencarian 19 korban yang masih hilang akan difokuskan di wilayah Waduk Jati Gede Kabupaten Sumedang.
Menurut Sutopo, wilayah pencarian korban hilang diperluas hingga 40 kilometer dari Garut ke bagian hilir. “Pencarian akan menggunakan perahu karet, namun akan terkendala oleh banyaknya sampah dan kayu yang masih berserakan. Selain fokus pada pencarian korban, Tim SAR juga sudah memfokuskan upaya pembersihan khususnya di daerah Cimacan,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei berpendapat, Garut masih membutuhkan perpanjangan waktu untuk masa tanggap darurat bencana. “Tanggap darurat dapat diperpanjang menjadi 14 hari ke depan setelah melihat situasi di lapangan,” kata Willem.
Menurut Willem masih ada 19 korban yang belum ditemukan, selain itu, masih ada RSUD dr. Slamet yang masih belum berfungsi 100% dan sekolah yang belum beroperasi.
Masih membutuhkan waktu untuk membersihkan dan mengembalikan dalam keadaan normal kembali, ujar Willem seraya menambahkan pihaknya menyerahkan kembali kepada Bupati Garut sebagai pengambil keputusan.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BNPB Willem dalam pemantauan di lokasi bencana di Garut juga mengunjungi Bendung Copong. Willem juga mengingatkan untuk memperkuat sistem peringatan dini banjir dan longsor serta edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
Hal ini disampaikan saat rapat evaluasi masa tanggap darurat bencana Garut dengan Wakil Bupati, Komandan Tanggap Darurat, Basarnas, Sestama, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB dan pejabat SKPD setempat di Kodim 0611/Garut.