:
Oleh H. A. Azwar, Sabtu, 3 September 2016 | 22:16 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 253
Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya ancaman bencana banjir dan longsor.
Masyarakat diminta untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaannya dari ancaman banjir dan longsor terkait adanya peningkatan curah hujan, kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu (3/9).
Menurut Sutopo, BMKG telah mendeteksi munculnya fenomena La Nina pada akhir Agustus 2016 ini yang diprediksi akan bertahan hingga awal 2017. Bersamaan dengan La Nina, terjadi fenomena Dipole Mode negatif sejak Mei 2016, yang diprediksi bertahan hingga November 2016, dan kondisi anomali Suhu Muka Laut yang hangat disekitar perairan Indonesia. “Kondisi demikian akan menyebabkan tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian Barat,” ujarnya.
Ditambahkannya, BMKG juga memperkirakan musim “kemarau basah” akan berlangsung sampai dengan September di sebagian besar wilayah Indonesia. “Pulau Jawa, Sulawesi bagian timur, Papua bagian tengah dan Kalimantan serta Sumatera bagian selatan diprediksi akan mengalami kenaikan curah hujan hingga 200 persen,” imbuhnya.
BMKG juga melaporkan prakiraan awal musim hujan 2016/17 di sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi pada Agustus s.d November 2016 sebanyak 92,7 %, dengan sifat hujan pada periode musim hujan 2016/2017 secara umum diprakirakan 51 % normal, 48 % di atas normal, dan hanya 1 % di bawah normal.
Terkait dengan bencana, menurut Sutopo, longsor merupakan jenis bencana yang paling mematikan saat ini. Hingga awal September 2016 ini saja ada 323 kejadian longsor yang menyebabkan 126 orang meninggal dan 18.655 jiwa menderita dan mengungsi. Sedangkan banjir terdapat 535 kejadian dengan dampak 70 orang meninggal dan 1,94 juta jiwa menderita dan mengungsi akibat banjir.
Dibandingkan dengan kejadian bencana pada tahun 2015, jumlah korban meninggal dan hilang pada tahun 2016 mengalami peningkatan 54 persen dari 167 di tahun 2015 menjadi 257 (2016). Secara keseluruhan jumlah kerusakan 2016 mengalami peningkatan dibandingkan 2015. “Diprediksi dampak bencana 2016 akan terus meningkat hingga akhir tahun nanti,” ujar Sutopo.
Namun demikian, Sutopo menyatakan sebaliknya, dimana dengan meningkatnya curah hujan memberikan dampak positif dengan menurunnya jumlah kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan. Daerah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera bagian Selatan dan sebagian Kalimantan yang biasanya kekeringan.
Saat ini intensitas kekeringan sangat kecil. Tidak banyak lahan pertanian yang puso. Masyarakat yang mengalami kekeringan dan krisis air tidak banyak. Hanya terjadi di beberapa daerah yang memang endemic kekeringan karena faktor geologis dan hidrometeorologis, tukas Sutopo.