:
Oleh Dian Thenniarti, Rabu, 8 Juni 2016 | 09:29 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 801
Jakarta, InfoPublik - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Rabu (8/6) menginformasikan, pukul 02.15.14 WIB, wilayah Maluku Utara diguncang gempa bumi tektonik dengan kekuatan M=6,6.
Pusat gempa ini terletak pada koordinat 1,35 lintang Utara dan 126,41 bujur timur, tepatnya di laut pada jarak sekitar 126.0 kilometer arah barat laut Kota Ternate atau pada jarak 131.0 kilometer arah timur Kota Bitung, di kedalaman hiposenter 58 kilometer (hasil pemutakhira data).
Berdasarkan hasil analisis tingkat guncangan (shakemap), dampak gempa ini menimbulkan guncagan pada skala intensitas di Ternate III – IV MMI (II SIG BMKG), di Halmahera Barat III – IV MMI (II SIG BMKG), dan Tomohon Sulawesi Utara II MMI (I SIG BMKG). BMKG menjelaskan, informasi skala intensitas gempa bumi ini menunjukkan bahwa dampak gempa diperkirakan tidak menimbulkan kerusakan.
Menurut BMKG, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi tektonik dengan hiposenter dangkal akibat aktivitas tumbukan lempeng tektonik. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sesar naik (thrust fault). Hasil analisis parameter sesar menunjukkan nilai Strike1=215, Dip1=47, Rake1=107, dan Strike2=11, Dip2=46, serta Rake2=73.
Jika memperhatikan letak episenter gempa bumi, tampak bahwa pusat gempa bumi yang terjadi berasosiasi dengan zona akumulasi tegangan akibat aktivitas penekanan (kompresi) lempeng tektonik, yaitu dorongan Lempeng laut Philipina dari arah timur (Busur Halmahera) dan dari arah barat Lempeng Eurasia (Busur Sasngihe) yang menekan ke timur secara relatif hingga timbul medan tegangan pada zona punggungan Mayau (Mayau Ridge).
Akibatnya, terbangunnya zona kompresi di bagian tengah Lempeng Laut Maluku ini sehingga kawasan Pulau Mayau dan sekitarnya sangat rawan gempa bumi dengan penyesaran naik. Implikasi sistem tektonik ini menjadikan aktivitas seismisitas di zona Punggungan Mayau sangat tinggi dan terjadi pada kedalaman dangkal kurang dari 60 kilometer.
Sistem tektonik tersebut di atas mengakibatkan sebagian besar aktivitas gempabumi yang terjadi di kawasan ini memiliki mekanisme sumber sesar naik yang merupakan ciri gempa bumi hasil tumbukan lempeng (plate colission). Sehingga sangat relevan jika mekanisme sumber gempabumi ini berupa penyesaran naik (thrust fault).
BMKG mengatakan, patut disyukuri bahwa walaupun gempa ini berpusat di laut dengan mekanisme sesar naik, tetapi tidak menimbulkan tsunami, karena kekuatannya tidak cukup kuat untuk membangkitkan perubahan di dasar laut secara signifikan untuk dapat memicu terjadinya tsunami.
Sementara itu, hasil monitoring BMKG selama satu jam pasca gempa yang sudah terjadi susulan (aftershocks) sebanyak dua kali dengan kekuatan M=4,3. Tampak bahwa kecenderungan aktivitas gempa bumi susulan kekuatanya terus melemah. Berdasarkan data magnitudo gempa susulan ini menunjukkan tidak ada potensi akan terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar.
Masyarakat Pulau Mayau, Sulawesi Utara, Halmahera, dan Ternate dihimbau agar tetap tenang mengingat gempa yang terjadi tidak berpotensi menimbulkan tsunami.