:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 5 Januari 2016 | 09:22 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 584
Jakarta, InfoPublik - Aktivitas Gunung Api Soputan yang berada di perbatasan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara di Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, terhitung mulai 4 Januari 2016 pukul 18.00 WITA, PVMBG menaikkan status Gunung Api Soputan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III). "Masyarakat atau pengunjung dilarang beraktivitas di dalam radius 4 km dan sektoral 6,5 km ke arah Barat Daya-Barat-Barat Laut dari puncak Gunung Api Soputan," kata Sutopo, Selasa (5/1).
Sutopo menjelaskan, pada Senin, 4 Januari 2016 pukul 20.51 WITA, Gunung Api Soputan mengalami erupsi dengan asap kelabu tebal setinggi 2.000 meter condong ke Tenggara.
Terlihat lava pijar menuruni lereng gunung bagian timur dan suara gemuruh dari arah puncak gunung. Masyarakat belum perlu mengungsi. Permukiman masih jauh di luar dari radius yang dilarang.
Menurut Sutopo, BPBD Kabupaten Minahasa Tenggara masih melakukan koordinasi terkait dengan antisipasi yang harus dilakukan. Hujan abu tipis terjadi di beberapa daerah seperti di Langowan di Minahasa. “BPBD masih melakukan pemantauan daerah yang hujan abu vulkanik,” ujarnya.
Sutopo meminta, masyarakat di Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara tetap beraktivitas normal. “Tidak ada kepanikan karena masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi erupsi Gunung Api Soputan yang sering meletus dengan intensitas yang tidak terlalu besar dan memberikan dampak merugikan,” kata Sutopo.
Dengan naiknya status Gunung Api Soputan menjadi Siaga, maka dari 127 gunung api aktif di Indonesia ada 1 status Awas yaitu Gunung Sinabung, 4 status Siaga (Gunung Soputan, Bromo, Karangetang, Lokon), dan 15 status Waspada.
Sementara itu, aktivitas erupsi Gunung Bromo terus mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Tremor erupsi menerus dengan amplitudo dominan 5 mm. Kondisi ini hampir sama pada saat pertama meletus 4 Desember 2015 lalu. Tampak asap kelabu sedang-tebal, tekanan sedang-kuat, tinggi asap berkisar 1.500 meter dari puncak ke Utara. “Belum perlu ada pengungsian. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 3 km,” pungkas Sutopo.