Bangganya Relawan Jadi Bagian Sejarah Asian Games

:


Oleh lsma, Rabu, 29 Agustus 2018 | 09:36 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 776


Bogor, InfoPublik - Penyelenggaraan Asian Games 2018 sudah sepuluh hari berlangsung sejak dibuka pada 18 Agustus 2018. Dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 ada ribuan orang yang mengenakan berseragam oranye dan begitu memikat perhatian.

Mereka adalah para volunteer atau relawan. Para relawan memang dipersiapkan Inasgoc (Panitia Penyelenggara Asian Games 2018) untuk jadi garda terdepan dalam memberikan informasi bagi atlet maupun officialonya dan para penointon. Tugasnya bagi sebagian orang bisa jadi dianggap sebelah mata, namun bagi mereka yang telah merasakan manfaatnya tentu akan sangat menghargai para relawan.

Cabang olahraga dipertandingkan pada Asian Games 2018 salah satunya adalah Paragliding atau Paralayang. Pertandingan cabang olahraga ini diadakan di kawasan Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.

Lokasi atau venue Paralayang tentunya tidak lepas dari kehadiran sosok-sosok relawan muda yang begitu energik dan memeriahkan suasana di sekitar venue pendaratan paralayang. Pekerjaan para relawan menjadi tulangpunggung suksesnya Asian Games 2018.

Salah satu relawan, Agus (21), yang ditemui InfoPublik di venue pendaratan paralayang, Gunung Mas, Puncak, Selasa (28/8) menceriterakan bahwa keikutsertaannya menjadai relawan Asian Games 2018 berawal dari adanya informasi dari rekannya.

"Saya dengar dari teman ada rekrutmen terbuka dari Inasgoc, saya pun mendaftar melalui situs resmi Asian Games," kata Agus.

Menurut Agus, selain memperkaya wawasan, keikutsertaannya menjadi relawan adalah karena keinginannya menjadi bagian dari sejarah Asian Games 2018.

"Saya bangga jadi bagian dari sejarah ASian Games 2018 ini, saya tidak bisa melewatkan momen ini, karenanya saya ikut mendaftar bjadi relawan," ungkapnya.

Setelah melengkapi berkas dan mengikuti proses seleksi, Agus pun diterima dan menjalani sejumlah proses persiapan, mulai latihan umum hingga pengenalan olahraga.

Agus memaparkan, tugas di venue paralayang adalah memeriksa mereka yang ingin memasuki lokasi pendaratan paralayang. Pemeriksaan yang dilakukannya tidak lain adalah untuk memastikan mmereka yang memasuki venue memiliki kartu identitas (ID Card) khusus ASian Games 2018.

"Saya jaga disni, periksa ID Card yang mau masuk, kalau yang memiliki ID Card kita mengarahkannya ke tempat yang telah dipersiapkan, baik itu tamu, official atlet, ataupun wartawan. Kalau yang tidak memiliki ID Card, kami pun memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin menonton melalui pintu khusus yang telah disediakan juga," tuturnya.

Menurut Agus, dirinya merasa bangga jika ada tamu yang datang dan meminta informasi darinya mengenai lokasi tempat ia bertugas.

"Selain bertanya tentang lokasi ini, banyak tamu yang tanya tempat makan, kadang juga tamu ada yang bingung cari mesjid, saya pun mengantarnya ke masjid karena memang mesjidnya ada di luar lokasi," ujarnya.

Ia mengakui, dengan menjadi relawan, dirinya bertemu banyak sesama relawan dengan beragam usia, yang lebih tua juga banyak. Dirinya pun belajar cara berkomunikasi dengan orang banyak.

"Jadi saya belajar soal cara komunikasi dengan beragam tipe orang seperti apa, juga belajar terapkan bahasa Inggris karena banyak tamu yang bertanya pakai bahasa Inggris," tegasnya.

Ia pun berbagi cerita mengenai suka dukanya menjadi relawan. Dari mulai kepanasan hingga masuk angin yang kadang dialaminya ketika bertugas.

"Ya gini deh, kalau disinikan outdoor jadi harus siap-siap kena matahari, apalagi di daerah puncak ini anginnya kadang kencang, kemarin juga sudah masuk angin. Tapi ya Alhamdulillah, saya tetap bangga dengan tugas ini, yang lebih bangga lagi ya itu tadi, saya menjadi bagian dari sejarah Asian Games 2018," pungkasnya.