Balittas Malang Lakukan Kajian Tebu di Lahan Kering

:


Oleh MC Provinsi Jawa Timur, Selasa, 30 Januari 2018 | 08:56 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 973


Surabaya, Infopublik - UPT Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Malang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2018 mulai melakukan kajian keragaan pertanaman generasi ratun dua (RC2) klon unggul untuk komoditas tebu. Selain itu, juga dilakukan uji ketahanan terhadap hama atau penyakit utama serta kekeringan.

 Hal ini dilakukan untuk melengkapi persyaratan pelepasan varietas. Di samping itu secara simultan akan dilakukan pengadaan stok benih dasar G2 untuk dukungan pengembangannya.

“Setelah diperoleh data dukung yang lengkap, klon-klon tersebut akan diusulkan pelepasannya pada akhir tahun 2018,” kata Muhammad Syakir, Kepala Badan Litbang Pertanian, Senin (29/1).

Dikatakannya, pengembangan tebu di dalam negeri menghadapi masalah utama karena rendahnya produktivitas tanaman dan rendemen hablur. Disamping itu juga karena desakan tanaman pangan yang mengakibatkan pergeseran pengembangan tebu ke lahan kering.

Dengan demikian perakitan varietas unggul tebu tahan cekaman kekeringan merupakan salah satu tujuan utama dalam program pemuliaan tebu di Indonesia dalam upaya untuk mendukung swasembada gula nasional.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) Malang telah melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap 330 klon potensial tebu rendemen tinggi sejak tahun 2012/2013.

Evaluasi didasarkan pada karakter morfologi, agronomi, daya hasil serat brix dan rendemen di lahan-lahan dengan agro ekologi kering. Hasil evaluasi telah terpilih 16 klon harapan tebu rendemen tinggi yang saat ini sedang diuji daya hasilnya beberapa lokasi selama tiga tahun.

Sampai dengan tahun 2017, hasil uji multilokasi tahun di tiga lokasi untuk tanaman Plant Cane (PC) dan Ratun Pertama (RC1), diperoleh dua klon unggul masak awal atau tengah yang berpotensi untuk dilepas tahun 2018/2019, yaitu MLG 52 dan MLG 55. Klon-tersebut memiliki potensi hablur lebih tinggi sampai 20 persen dibandingkan varietas pembanding. (MC Diskominfo Prov Jatim/non-jal)