BPBD Lombok Timur Lakukan Empat Program Atasi Kekeringan di Tujuh Kecamatan

:


Oleh Astra Desita, Selasa, 26 September 2017 | 20:08 WIB - Redaktur: Juli - 832


Lombok Timur, InfoPublik - Untuk mengantisipasi dan menanggulangi kekeringan di tujuh Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lombok Timur menjalankan empat program.

Program tersebut yaitu Pipanisasi, Survei Geo Listrik, Water Treatment dan program Droping Air Bersih. Program tersebut setiap tahun telah berhasil mengurangi jumlah dampak kekeringan di kabupaten Lombok Timur.

"Pada 2015 dampak kekeringan ada di 12 kecamatan, kemudian di 2016 turun menjadi 9 kecamatan yang mengalami kekeringan dan tahun 2017 ini tinggal 7 kecamatan yang terdampak kekeringan," tutur Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lombok Timur Lalu Rusnan, kepada InfoPublik di kantornya Jalan Raya Sukamulia, Lombok Timur, Selasa (26/9).

Menurut Rusnan setiap tahun jumlah dampak kekeringan di beberapa kecamatan dapat diturunkan, dan mudah-mudahan pada 2017 ini akan mengurangi dampak kekeringan di 2018 sehingga nantinya diharapkan tidak ada lagi dampak kekeringan di Lombok Timur.

Selain empat program di atas, juga terdapat program lain dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten di antaranya dari kementerian PU ada izin untuk penggunaan air baku sebanyak 50 liter perdetik untuk dialirkan di dua kecamatan yaitu Jerowaru  dan Keruak.

"Bila dialokasikan ke jaringan rumah dapat tersambung untuk 5 ribu rumah dari pengambilan air baku di Dampandaruri," kata Rusnan menambahkan.

Rusnan menjelaskan melalui program pertama Pipanisasi, dari Dinas PU akan menyambung dua server yang ada di kecamatan Jerowaru dan Keruak, kemudian untuk sambungan pipa tersiernya kewajiban dari pemerintah daerah setempat untuk penyaluran dari pipa sekunder ke pipa tersier.

"Saat ini sudah berjalan dan sudah tersambung ke beberapa rumah dan mudah-mudahan tahun ini selesai. Di samping itu akan dialirkan ke masyarakat melalui pipanisasi yang dianggarkan dari APBD untuk bak penampungan air di Jeki Utara, Desa Lando, itu kita upayakan penanganan permanen, baik di daerah-daerah yang berdampak kekeringan sebelumnya, kita upayakan melalui pipanisasi dan pembuatan bak-bak penampungan air di mana sumber mata air bisa ditampung," paparnya.

Program Kedua adalah dengan survei geo listrik yang telah dilakukan oleh ESDM di 2016. Sedikitnya ada 35 titik hasil survei geo listrik, dan fisiknya sudah ada beberapa titik yang telah dikerjakan dan akan dikerjakan pada tahun ini.

Program ketiga adalah Water Treatment penyulingan air laut menjadi air tawar, yang mendapat bantuan dari BNPB pusat. Namun skalanya saat ini masih sangat kecil sekali. "Dalam penyulingan sehari hanya menghasilkan 5 liter air tawar dan kami sangat membutuhkan alat Water Treatment yang lebih besar lagi," ungkapnya.

Program keempat adalah droping air bersih, apabila di titik-titk tersebut tidak terdapat sumber mata air, baik sumber mata air yang bisa dialirkan dari pipanisasi maupun yang telah dibuatkan bak penampungan air dan juga tidak ada titik-titik dari hasil geo listrik dari air bawah tanah, maka langkah terakhir untuk menanggulangi kekeringan akan digunakan droping air bersih yang dianggarkan dari APBD.

Rusnan menambahkan untuk mengatasi kekeringan ini, BPBD juga bekerja sama dengan Polres, Kodim, dan Bank NTB untuk droping air bersih ke beberapa desa yang terdampak kekeringan. Polres dan Kodim juga telah melaksanakan di wilayah Selatan.

"Kita droping air bersih setiap desa kita kirim tiga tanki, ada 7 kecamatan yang terdampak kekeringan, dan kita prioritaskan pada desa yang sangat membutuhkan di wilayah Selatan, yaitu kecamatan Jerowaru, Keruak, Sembalun dan Suela yang sangat berdampak sekali. Jadi setiap hari kita mengirimkan air bersih 3 tangki ke kecamatan yang berdampak tersebut dan kami menggangarkannya hingga akhir bulan Desember 2017," tegasnya.

Rusnan mengatakan untuk menghadapi musim kemarau di daerah masing-masing, anggaran menanggulangi kekeringan ini berasam dari APBN, APBD 1, APBD 2. "Jadi intinya pemerintah pusat dan Pemda sangat peduli terhadap kekeringan ini dan sudah menganggarkan bersama-sama," katanya.

Menurut Rusnan setiap tahun wilayah Lombok Timur di bagian Selatan selalu menjadi perhatian, karena di wilayah Selatan itu wilayah di pinggir laut dan setiap tahun selalu mengalami kekeringan, dan untuk menampung air dengan kearifan lokal pihaknya bersama masyarakat membangun penampungan air hujan agar bila terjadi kemarau bisa digunakan.

LSM  kata dia juga sudah membantu membuat sumur bor pada 2016 dan untuk menggali dan mengebor tidak sembarangan gali tapi sesuai survei geo listrik. Rusnan juga memuji masyarakat di mana warga sudah membuat lumbung rakyat, sumur-sumur dangkal, penampungan mata air untuk mandi, mencuci dan air minum dan semua pihak sudah bergerak.

"Masyarakat sudah tahu kapan datangnya musim kemarau dan kapan datangnya musim penghujan," katanya.

Mengenai kendala saat ini hanya ada 4 mobil tanki air dan untuk idealnya dibutuhkan sekitar 8 unit mobil tanki, dan Insyaallah di 2018 akan terpenuhi karena sudah mengajukan proposal. Kendala lainnya adalah jumlah personel, yang saat ini hanya 25 orang.

"Kami juga kekurangan 5 supir untuk mengatasi kekeringan di beberapa kecamatan ini. Harapan saya kepada masyarakat dan pemerintah pusat agar supaya kendala yang dialami di Lombok Timur ini dapat didukung dan dipenuhi sepenuhnya," pungkas Rusnan.