Seruan Indonesia untuk Dunia

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 23 September 2020 | 21:48 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 430


Jakarta, InfoPublik - Bertempat di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/9/2020) untuk pertama kalinya Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato dalam Sidang Umum PBB. Sebelumnya, dari 2014 hingga 2019, Presiden selalu mendelegasikan kehadirannya pada Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pidato Presiden kali ini bertepatan dengan hari jadi PBB ke-75. Pidato disampaikan dengan Bahasa Indonesia selama kurang lebih selama 10 menit secara virtual.

Ada tiga gagasan yang disampaikan Joko Widodo dalam pidatonya itu. Salah satunya tentang pandemi Covid-19 dan vaksinnya. "Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi," ujar Joko Widodo

Presiden  berharap nantinya semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau. ""No country should be left behind," katanya.

Analis politik internasional dari lembaga Political and Public Policy Studies Jerry Massie mengapresiasi pidato yang disampaikan Joko Wido itu.

"Ada pesan menarik dari presiden yakni menyerukan "akses yang setara" terhadap vaksin virus corona. These all the things atau hal yang sangat baik diungkapkan ke forum PBB secara virtual," katanya.

Peringatan akan akses terhadap vaksin juga pernah dilontakan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada awal Agustus lalu. Menurut dia, agar dunia pulih lebih cepat, ia harus pulih bersama. Sebab, ini adalah dunia yang mengglobal di mana ekonomi saling terkait satu sama lain.

"Nasionalisme vaksin tidak baik, itu tidak akan membantu kami," ujar Tedros kepada Forum Keamanan Aspen di AS, melalui tautan video dari markas besar WHO di Jenewa.

Menurut Tedros, jika negara-negara kaya menyimpan perawatan untuk diri mereka sendiri, mereka tidak dapat berharap untuk tetap aman karena negara-negara miskin tetap terpapar.

Melansir situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini ada lebih dari 150 kandidat vaksin yang dikembangkan 12 negara. Dari 150 itu, menurut WHO, terdapat 24 kandidat yang telah memasuki tahap uji klinis per 21 Juli 2020.

Dalam perjalanannya, jumlah vaksin yang diuji bertambah. Pada awal September ini, para peneliti sedang menguji 38 vaksin dalam uji klinis pada manusia dan 93 vaksin sedang diuji praklinis pada hewan.

Tiga dari 38 vaksin itu dikembangkan University of Oxford serta dua dari China Sinovac Biotech dan China National Biotec Group) kini sudah masuk ke tahap terakhir uji klinis terhadap manusia.

Universitas Oxford bersama perusahaan Inggris-Swedia, AstraZeneca, dan lainnya mengembangkan vaksin AZD1222. Vaksin ini telah berhasil melewati tahap 2 uji klinis di Inggris. Tahap ketiga sedang dilakukan di Brasil dan Afrika Selatan.

"Vaksin dapat dibuat komersial pada awal tahun depan," kata Shabir Madhi, profesor vaksin di Universitas Witwatersrand di Johannesburg, yang memimpin uji klinis di Afrika Selatan.

Begitu juga Sinovac, vaksin yang dikembangkan China. Vaksin ini telah diuji klinis terhadap manusia. Salah satu negara yang ikut melakukan uji klinis ini adalah Indonesia. Uji klinis vaksin ini dilakukan di Bandung, Jawa Barat.

Sementara Indonesia juga sedang mengembangkan vaksin sendiri. Namanya vaksin Merah Putih. Vaksin ini memang masih pada tahap pengembangan.

Menurut Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro pada awal September lalu, pengembangan vaksin Merah Putih ini sudah mencapai 50 persen.

Pengembangan vaksin Merah Putih dikomandani Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Pengembangan sudah dilakukan sejak April lalu.

Jika berhasil, vaksin Merah Putih ini dianggap lebih efektif melindungi masyarakat Indonesia dari virus korona dibanding vaksin dari negara lain. Alasannya, karena vaksin ini dikembangkan dari isolat yang beredar di Indonesia. (Layar memperlihatkan Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada Sidang Majelis Umum ke-75 PBB secara virtual di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (23/9/2020). Foto: ANTARA FOTO/HO/Kemenlu/wpa/aww)