KLHK Sambut Baik Tiga Panduan Hadapi Penyakit Infeksi Baru dan Zoonosis

:


Oleh Irvina Falah, Rabu, 30 Januari 2019 | 17:20 WIB - - 618


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu, 30 Januari 2019. Kementerian Pertanian bersama dengan FAO meluncurkan 3 buku panduan dalam menghadapi ancaman penyakit Infeksi Baru/Berulang (PIB) dan Zoonosis (penyakit hewan yang menular ke manusia). Buku panduan ini difokuskan untuk menguatkan kapasitas petugas di lapangan dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan wabah penyakit dan juga membantu para pembuat keputusan di tingkat lokal (daerah) dan nasional (pusat) melalui pendekatan One Health.

Ketiga dokumen yang diluncurkan yaitu, Strategi Komunikasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi Baru/Berulang dan Zoonosis Tertarget dengan Pendekatan One Health. Selain itu juga ada Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru untuk Petugas Lapang Tiga Sektor dengan Pendekatan One Health, serta buku Panduan Praktis Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru (PIB) melalui Optimalisasi Fungsi Puskeswan dengan Dukungan Dana Desa.

KLHK menyambut positif langkah yang diambil Kementerian Pertanian bersama dengan Lembaga internasional seperti FAO ECTAD Indonesia, dalam merangkul berbagai pihak untuk bersama-sama bersiap siaga menghadapi ancaman pandemi (wabah yang sebarannya lintas negara). KLHK juga terlibat di empat wilayah percontohan petugas lapangan dimana One Health diterapkan bersama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan.

“Di keempat daerah itu, yaitu Kabupaten Bengkalis di Riau, Kabupaten Boyolali di Jawa Tengah, Kabupaten Ketapang di Kalimantan Barat, dan Kabupaten Minahasa di Sulawesi Utara, kita sama-sama belajar apa yang harus kita lakukan saat ada ancaman PIB dan Zoonosis”, ungkap Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) KLHK dalam acara peluncuran buku, Selasa (29/01) di Jakarta.

“Kami berkolaborasi, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk menghadapi ancaman tersebut,” tambah Indra.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan buku-buku ini adalah dokumen penting yang berisi panduan bagaimana kita bisa mengerahkan semua kemampuan kita dalam menghadapi ancaman terjadinya wabah dan ini merupakan hasil dari kolaborasi, koordinasi dan komunikasi kita bersama.

Lebih lanjut Diarmita mengungkapkan, banyak masyarakat Indonesia yang selama ini hanya mengenal bencana dalam konteks alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan sebagainya. Padahal ada bencana non alam, yaitu wabah penyakit yang juga tidak kalah mengkhawatirkan, jika tidak bersiap dalam menghadapinya.

“Kita pernah merasakan wabah flu burung tahun 2003 lalu, dimana penyakit tersebut sempat menyebabkan kematian pada manusia”, sebut Diarmita. “Hal ini tentunya harus kita antisipasi dan jangan sampai terulang kembali”, imbaunya.

Lebih jauh Asisten Deputi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Naalih Kalsum menyebut Epidemi Ebola yang terjadi pada tahun 2016 dan kematian manusia yang disebabkan oleh penyakit Zoonosis setiap tahun, mengindikasikan hubungan kuat antara kesehatan manusia, kesehatan hewan dan lingkungan. Sehingga pendekatan multisektoral menjadi penting untuk mendeteksi, mencegah dan mengendalikan ancaman tersebut, atau yang dikenal dengan sebutan pendekatan One Health.

Senada dengan Naalih, Siti Ganefa dari Kementerian Kesehatan mengatakan beban untuk menghadapi ancaman penyakit, terlebih PIB dan Zoonosis (yang ditularkan melalui hewan) tidak bisa ditanggung oleh Kementerian-nya sendiri. Ia berpendapat perlu adanya koordinasi lintas sektor, lintas disiplin ilmu, baik di tingkat lokal, nasional bahkan global untuk menghadapinya, sehingga pendekatan One Health menjadi sangat penting karena pasti sulit menghadapi ancaman ini sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, FAO ECTAD Team Leader, James McGrane menegaskan, dalam peningkatan kapasitas pemerintah Indonesia untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon ancaman kesehatan global yang baru atau yang muncul kembali, dan “berpindah” ke manusia melalui populasi hewan, maka FAO mendukung pemerintah Indonesia melalui program EPT2 yang didanai oleh USAID. Disela-sela peluncuran dokumen tersebut juga dilakukan penandatangan secara simbolis oleh perwakilan dari Kementerian Pertanian (Direktur Keswan), Kementerian Kesehatan (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan zoonotik P2PTVZ) dan Kementerian LHK (Direktur KKH).

“Semoga dengan kehadiran tiga dokumen ini, kita dapat melindungi masyarakat Indonesia dan sumber penghidupannya,” pungkas James.

Penanggung jawab berita:
Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Djati Witjaksono Hadi – 081977933330