Produksi Gula Lokal, Bupati Mabar Apresiasi BUMDes Kolarek

:


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Jumat, 10 Mei 2019 | 03:52 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Labuan Bajo, InfoPublik - Bupati Manggarai Barat Drs. Agustinus Ch. Dula mengapresiasi langkah BUMDes Kolarek, Desa Sompang Kolang Kecamatan Kuwus Barat, yang memproduski gula local yang disebut gola kolang dalam kemasan siap saji yang dipakai dari Dana Desa (DD).

Pasalnya, langkah tersebut diyakini akan berdampak positif untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Dan yang lebih penting penggunaan DD tersebut sesuai prioritas pembiayaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat Desa Sompang Kolang.

“Produksi gula lokal dalam kemasan siap saji merupakan upaya kreatif yang layak mendapat apresiasi. Sudah saatnya gula lokal kolang keluar dari pasar local ke pasar global. Sebagai pemimpin di daerah ini (mabar), saya tentu sangat mendukung dan turut membantu mempromosikan gula local kolang,” jelas Bupati Gusti Dula, Kamis (9/5).  

Menurut Bupati Gusti Dula, gula lokal (gola malang) merupakan produksi masyarakat Manggarai Barat yang ada di Hamente Kolang dan Pacar, yang diwariskan secara turun-temurun. Pada saat gula pasir belum beredar secara luas di Manggarai pada umumnya, gola malang menjadi pilihan utama.

Dikatakannya, ke depan gola malang akan diupayakan menjadi sajian wajib pada semua intansi baik Pemerintahan maupun swasata termasuk bidang usaha hotel dan restoran.

Untuk diketahui, gula local (gola malang) bersumber dari pohon enau setelah melalui proses tertentu. Pohon enau biasanya terdapat dua jenis buah yang berbeda. Buah yang pertama disebut longko, buah yang kedua disebut ndara. Longko tidak bisa diolah menjadi air nira (wae minse), hanya menghasilkan biji sedangkan yang menghasilkan air adalah ndara.

Prosesnya adalah paking (persiapan) dan tewa (aktivitas pukul pada batang ndara yang dilakukan selama 25 - 30 hari, pada pagi dan sore hari). Setelah dirasakan cukup dan siap berproduksi, maka dilakukan tekang (membuat lubang pada bagian batang dengan cara diiris tipis-tipis) dengan menggunakan pante (alat pahat) hingga mengeluarkan air.

Air nira (wae minse) rasanya sangat manis seperti buah kurma. Untuk menghasilkan gula (gola), air nira ini dimasak dengan mengunakan kuali/wajan dalam bahasa setempat disebut céwe tana diatas api yang dinyalakan secara konsisten. Butuh waktu 3-5 jam, dengan tahapan tertentu air nira berubah jadi gula lokal.

Sebelum jadi gula, air nira yang dimasak melewati tahapan misang (mendidih dengan buih putih-putih), reng’gep (busa-busa), dan ghadel (kental). Selama ghadel, air nira yang sudah berubah tersebut harus selalu diaduk sampai rata hingga membetuk seperti gula pasir.

Menurut Bupati, saat ini banyak orang yang berminat mengkonsumsi gula local kolang, karena tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan. Apalagi proses pembuatannya sangat ramah lingkungan. (Paulus Jeramun/MC Manggarai Barat/toeb)