Jelajah Temuan Makam Lawas di Bukit Batang-Batang (2)

:


Oleh MC KAB SUMENEP, Minggu, 12 April 2020 | 09:16 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K


Sumenep, InfoPublik  - Jika dilihat dari kondisi makam, bahan dan sedikit hasil identifikasi, perkiraan atau dugaan kuatnya makam-makam di area Bukit Pal, Batang-batang termasuk tipe makam yang berusia belakangan. Sekitar abad 18 hingga pertengahan abad 20. Merujuk pada salah satu nisan yang bertahunkan 1382 Hijriah.

Meski dalam pantauan Media Center, ada sedikitnya 4 hingga 5 makam yang lebih tua dari nisan yang bertahun 1963, jika dikonversikan ke tahun Masehi itu.

Sayangnya, makam-makam yang diperkirakan lebih tua itu tidak memiliki penanda berupa prasasti pada nisannya. Nisannya juga sederhana. Sehingga praktis tak ada petunjuk sama sekali perihal identifikasi tokoh maupun masanya.

Namun uniknya ada dinding yang berbentuk gunungan di belakang nisan bagian kepala. Lengkap dengan simbol-simbolnya. Seperti simbol bulan sabit. Langgam tersebut khas Sumenep.

Ada dua makam yang dipastikan memiliki dinding berbentuk gunungan itu.

“Estimasi tahunnya belum bisa dipastikan. Hanya yang jelas, gaya atau langgamnya ini khas Madura,” jelas Hairil Anwar dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumenep, Sabtu (11/4/2020) kemarin.

Tata letak makam juga masih perlu pengamatan dan kajian lebih lanjut. Karena tidak serapi pemakaman kuna di wilayah lainnya. Namun jika dilihat dari lokasinya yang berada di ketinggian, kemungkinan tokoh-tokoh awal yang dimakamkan di sana memiliki status sosial yang lumayan tinggi.

“Entah status di bidang keilmuan, pangkat atau jabatan di wilayah tersebut, dan lain semacamnya,” kata pria yang juga anggota Komunitas Ngoser (Ngopi Sejarah) ini.

Menurut Hairil, penempatan lokasi makam di masa dulu memang tidak bisa lepas dari tradisi dan budaya yang berkembang sebelumnya. Umumnya lokasi ketinggian hampir selalu menjadi pilihan. Meski tidak mutlak diterapkan oleh beberapa kalangan.

“Tempat tinggi dianggap sebagai simbol tempat suci. Pola penempatannya beragam. Posisi di tengah ketinggian merupakan simbol status tertinggi,” imbuhnya.

Jika dilihat, memang tata letak semacam itu terdapat di beberapa kawasan makam para raja dan waliyullah. Kebanyakan memang berada di dataran tinggi atau perbukitan. Seperti di Asta Tinggi (Sumenep), Imogiri (Bantul), dan Aermata (Bangkalan).

Namun pemakaman raja-raja lainnya seperti di Madekan (Sampang), maupun di Kolpajung (Pamekasan) justru berada di dataran rendah. Begitu juga kompleks pemakaman kiai-kiai sepuh lainnya. Kiai Raba (di Pamekasan), Kiai-kiai Prongpong (Sumenep), Kiai-kiai Sendir (Sumenep), dan lainnya.

Bahkan sebelum Asta Tinggi, makam raja-raja Sumenep juga berada di dataran rendah. Jadi memang tidak mutlak dan selalu relatif.

Kembali ke Batang-batang, di wilayah itu juga masih terdapat situs-situs sejarah berupa makam kuna yang masih terawat. Seperti di Tamedung, ada situs makam Kien Bi Seng, tokoh Cina muslim yang diduga merupakan leluhur komunitas Cina muslim di pesisir utara Sumenep hingga Pasongsongan.

Di sana juga ditemukan perkampungan Radin (Raden). Hanya saja, alur genealoginya masih belum ditemukan. Dugaan sementara, leluhur perkampungan di sana masih terkait dengan Kien Bi Seng. ( Han/Fer )