Keunikan Kampung Wisata Koto Ranah

:


Oleh Prov. Riau, Senin, 26 Februari 2018 | 15:10 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 1K


Rokan Hulu, InfoPublik - Desa Koto Ranah Kecamatan Kabun yang telah ditetapkan sebagai Kampung Wisata oleh Bupati Rokan Hulu (Rohul), H Sukiman,  memiliki keunikan tersendiri karena berada di dataran kaki Bukit Suligi yang juga jejeran Bukit Barisan.

Awalnya di desaa tersebut berhawa sejuk, sehingga di desa ini banyak tumbuh pohon petai atau biasa disebut masyarakat sekitar dengan sebutan potai. Namun seiring perkembangan zaman, kampung tersebut mulai didatangi penduduk, dan hawa daerah berubah menjadi panas, dan pohon petai semakin berkurang, dan hingga kini hanya tinggal beberapa pohon saja.

Dengan kian banyaknya penduduk, daerah tersebut menjadi desa diberi bernama Desa Koto Ranah, berjarak sekira 6 kilometer (km) dari jalan lintas Bangkinang-Pasir Pangaraian, sedangkan jalan menuju desa tersebut sudah beraspal.

Agar bisa mencapai ke kaki Bukit Suligi serta menikmati keindahan dari Puncak Ranah yang jadi objek wisata 'Menggapai Matahari di Puncak Ranah', maka bisa ditempuh dengan jarak antara 5 km sampai 6 km dari base camp Komunitas Pecinta Alam (KPA) Koto Ranah.

Penduduk di desa itu sendiri, sebagian besar hidup dari sektor perkebunan. Mereka masih terlihat menjunjung adat kebiasaan yang kental, sebagai warisan dari leluhur. Itu terbukti dengan masih adanya ogong kramat yang digunakan sekali dalam setahun pada waktu hari raya Idul Fitri, melalui prosesi adat.

Bukan hanya itu, meriam kecil yang disebut lelo juga masih dapat diledakkan dengan mesiu. Itu memperkuat bukti kampung Koto Ranah berdiri dan ada sejak lama, ditambah dengan baru ditemukannya satu naskah kuno tulisan tangan seorang alim ulama dengan bahasa Arab Melayu di kertas bahan Eropa yang diperkirakan berusia capai 3 abad.

Dari sejarah, naskah kuno tersebut ditulis oleh H. Janggut di Mekkah yang masih tersimpan hingga kini secara turun temurun. Naskah dalam bentuk buku tersebut, berisi pendekatan ke Sang Khalik dan peribadatan, pengobatan serta senjata pergaulan dalam kehidupan kemasyarakatan. Juga kekentalan adat dan agama masyarakatnya, kini terlihat di desa yang berbatasan langsung dengan kabupaten tetangga Kabupaten Kampar.

Bagi masyarakat Koto Ranah sendiri, hingga kini mereka masih menjunjung tinggi adat, datuk adat masih pihak penentu dan disegani dan dipatuhi oleh masyarakat. Sampai sampai di setiap tradisi adat disandingkan dengan tradisi agama, salah satu di antaranya adalah melaksanakan 'budikiu' atau berzikir.

"Zikir bulanlah hal yang unik dan asing untuk agama Islam, dimana-mana selalu dilaksanakan. Akan tetapi di daerah ini keunikannya terletak pada sanksi bagi masyarakat yang tidak melaksanakan," terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Rohul Drs. Yusmar M.Si, Senin (26/2/2018).

Disebutkan Yusmar, bahwa tradisi zikir yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran hari raya Idul Fitri, sebagai sebuah tradisi unik di Desa Koto Ranah. Zikir wajib diiikuti seluruh masyarakat, sehingga mereka dilarang keluar desa dan melaksanakan aktifitas pertanian dan perkebunan.

“Sehingga saat digelarnya zikir seminggu setelah Idul Fitri, semua masyarakat  di Koto Ranah mematuhinya. Kemudian bagi masyarakat yang tidak patuh atau tidak hadir di zikir itu, maka akan diberi sanksi adat," ucap Yusmar.

Kemudian keunikan lain di masyarakat Desa Koto Ranah, jelas Yusmar, masyarakynya masih menjaga adat istiadat secara kental ini, ditambah adanya peninggalan bersejarah yang masih dapat dipakai dan terpelihara dengan baik.

Desa atau kampung Koto Ranah berjarak kurang dari 100 km dari Kota Pekanbaru, ibukota provinsi Riau. Atau 80 km dari Kota Pasir Pangaraian, ibukota Kabupaten Rohul, atau sekira 50 km dari Bangkinang yang merupakan ibukota Kabupaten Kampar punya keunikan lainnya.

Di Koto Ranah sendiri, memiliki destinasi wisata alam di daerah perbukitan Suligi dengan melihat matahari terbit atau sunrise dan matahari terbenam atau sunset di ketinggian Puncak Ranah sekira 900 mdpl. Destinasi Menggapai Matahari di Puncak Ranah di ketinggian 900 mdpl,  sehingga pengunjung seperti berada di atas awan, juga bisa melihat danau PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar.

Selain itu, para pengunjung juga akan menikmati hamparan hutan di kawasan Bukit Suligi dan seolah-olah berada di negeri diatas awan. Agar bisa sampai ke Puncak Ranah, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 1 jam hingga 1,5 jam.

Sehingga, wisata Menggapai Matahari di Puncak Ranah saran Yusmar, sangat tepat bagi yang suka petualangan, pencinta alam dan kawula muda yang suka dengan alam.

Apalagi, sebelum gapai ke Puncak Ranah atau selama pendakian, pengunjung akan melintasi sungai kecil berair jernih, bersih, dan dingin.Itu akan menambah suasana alam yang masih asri, sekaligus menikmati ciptaan Sang Illahi.

Yusmar juga mengaku, sangat wajar bila Desa Koto Ranah dicanangkan sebagai Kampung Wisata pertama oleh Bupati Rohul H. Sukiman, sekaligus pembukaan Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) Universitas Pasir Pengaraian (UPP) ke-8 di lapangan bola kaki Desa Koto Ranah, Kamis (22/2/2018) malam.

"Keunikan wilayah dan kemurnian serta kekentalan kehidupan masyarakat dengan tradisi dan adat istiadatnya, ditambah dengan keaslian alam yang masih asri, desa ini dijadikan Kampung Wisata pertama di Kabupaten Rohul," terang Yusmar.

Sehingga Kampung wisata Koto Ranah diharapkan dapat menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara dengan spesifik dan keunikan yang dimiliki daerah ini. Dengan kemajuan dan perkembangan wisata, tentunya dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan kemajuan Kabupaten Rohul ke depannya.

“Saya harapkan,  ini menjadi kenyataan bagi seluruh masyarakat Koto Ranah dan kita semua. Sehingga Kampung Wisata yang sudah dicanangkan Bupati H Sukiman dan ini pertama di Rohul, akan menjadikan wisata di Rohul kian membaik," harap Yusmar.(MC Riau/sal/Noor)