Mengoptimalkan Potensi dan Memperkuat Resiliensi

:


Oleh MC Kalsel, Rabu, 30 November 2016 | 14:29 WIB - Redaktur: Tobari - 406


Banjarmasin, InfoPublik – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan mengemukakan, transformasi sangat diperlukan untuk dapat membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.

Yaitu, dari negara berorientasi konsumsi menjadi negara produksi, dari negara importir menjadi negara eksportir, dari negara penghasil sumber daya alam mentah menjadi negara pengolah yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.

“Suatu komitmen yang diharapkan mampu mendorong optimalisasi berbagai potensi dan memperkuat resiliensi ekonomi, untuk membawa perekonomian menjadi lebih efisien, produktif, dan berdaya saing,” kata Harymurthy Gunawan, di Banjarmasin, Selasa (29/11).

Pada pertemuan pagi ini, perkenankan menyampaikan pemikiran Bank Indonesia tentang kondisi ekonomi terkini dan prospek ke depan, yang dirangkum dalam paparan bertema “Mengoptimalkan Potensi, Memperkuat Resiliensi”.

“Tema yang menurut kami sangat relevan sebagai respons terhadap risiko ekonomi global yang masih belum kondusif, serta menyikapi ekonomi domestik yang mulaikembali melangkah maju,” ujarnya.

Asesmen terakhir kami menyimpulkan bahwa pelemahan ekonomi global masih berlangsung, diikuti harga komoditas yang masih rendah, dan aliran modal ke negara berkembang yang kembali turun.

“Momentum perbaikan ekonomi global yang semula kita harapkan mulai terjadi pada tahun ini, masih belum tampak dan terlihat melemah di beberapa bagian,” kata Harymurthy.

Pertumbuhan ekonomi global 2016 diperkirakan sekitar 3,0%, lebih rendah dari capaian 2015 sebesar 3,2%. Di negara maju, Amerika Serikat yang sebelumnya diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi global, dalam perkembangannya sampai semester I-2016 masih belum solid. Pemulihan di Eropa dan Jepang juga belum kuat.

Referendum Brexit yang membawa Inggris keluar dari zona ekonomi Eropa, bahkan berpotensi menurunkan prospek ekonomi Eropa dalam jangka menengah.

Ekonomi negara berkembang juga perlu terus mendapat perhatian. Tiongkok, sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, masih melakukan konsolidasi dan menyesuaikan sumber-sumber pertumbuhan ekonominya.

“Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016 masih belum kuat, meskipun sudah membaik dan tumbuh 6,6%. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan beberapa tahun sebelumnya yang mencapai pertumbuhan di atas 7%,” katanya.

Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi India yang dalam beberapa periode sebelumnya cukup mengesankan, sepertinya mulai kekurangan tenaga di beberapa periode terakhir. Sementara itu, kinerja Brasil dan Rusia juga tetap perlu mendapat perhatian, meskipun tekanan penurunan sudah mulai berkurang.

Harapan positif baru terlihat pada batubara dan minyak nabati (CPO) yang dalam beberapa bulan terakhir mulai meningkat. Namun, kenaikan harga tersebut lebih dominan dipengaruhi penurunan produksi ketimbang akibat kenaikan permintaan. (wln/toeb)