Webinar Outlook Kepariwisataan Labuan Bajo, Menjawab Tantangan dan Peluang

: Plt. Dirut BPOLBF Fransiskus Teguh saat melaksanakan kegiatan Webinar Outlook Kepariwisataan Labuan Bajo tentang Peluang dan tantangan. (Foto: istimewa)


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Minggu, 31 Maret 2024 | 19:55 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 120


Labuan Bajo, InfoPublik - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam penyampaian kata sambutannya mengungkapkan harapan agar pemahaman pariwisata sebagai sektor new economy dapat menjawab tantangan dan peluang ke depan, sehingga membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia dan memberi dampak pada perekonomian daerah.

"Sektor new economy belakangan menjadi topik yang hangat dibicarakan sebagai periode transformasi dari ekonomi berbasis manufaktur, menuju ekonomi berbasis jasa seperti tourism & hospitality. Semoga melalui kegiatan webinar ini, dapat menambah wawasan tentang sektor new economy, dan membawa perubahan pada lanskap bisnis Indonesia, karena berdampak pada perekonomian daerah. Serta Badan Otorita dan Kemenparekraf dapat terus menjadi mitra bersama untuk mengembangkan kepariwisataan di wilayah Floratama, NTT secara khusus dan Indonesia secara umum," tutur Sandiaga, dalam siaran pers yang diterima dari Kepala Divisi Publik BPOLBF Sisilia Lenita Jemana, Sabtu (30/3/2024).

Ayodhia Kalake, Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur, juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan di NTT  telah memberi dampak yang signifikan terhadap perekonomian daerah.

"Pariwisata telah menjadi industri yang memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi secara cepat dengan berbagai aspek, yaitu kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup melalui sektor usaha ekonomi kreatif dan pariwisata. Dengan ditetapkannya Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam pembangunan bangsa, hal itu memberikan dampak yang besar terhadap pembangunan sektor pariwisata di NTT," ujar Ayodhia.

Webinar ini dimoderatori oleh Dr. Ing. Ignas Iryanto Djou, SF, M.Eng.Sc, CSRS., dan diikuti oleh 99 peserta, yang 50,6 persennya berasal dari NTT dan 49,4 persennya berasal  dari luar NTT (Bima, Bali, Pulau Jawa, Jakarta, Kalimantan, dan Papua).

Membahas Perspektif Tantangan Global- Lokal dan Trend Kepariwisataan ke Depan,
Redaktur Senior Kompas, Rikard Bagun, menyampaikan bahwa pariwisata merupakan topik yang dibicarakan semua orang di semua negara. Sebagai salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Labuan Bajo perlu melihat tantangan itu sebagai peluang.

"Dalam skala global, semua orang dan semua negara berbicara tentang pariwisata dan pasarnya itu sama, termasuk di dalamnya adalah Labuan Bajo. Ini adalah tantangan bagi kita tetapi juga peluang yang begitu lebar. Target kunjungan ke Indonesia di tahun 2030  adalah 1.8 Miliar wisatawan. Kita harapkan agar angka ini juga terdistribusi ke Labuan Bajo, Flores, NTT. Di sisi lain, kita juga harus siap, tidak hanya pemerintahnya saja, pelaku industrinya saja, tetapi juga masyarakatnya," papar Rikard.

Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan tersebut, narasumber Francisia Ery Seda menjelaskan telah terjadi transformasi sosial budaya yang mana pariwisata hadir dengan membawa dua dampak sekaligus, baik negatif maupun positif. Menurutnya, strategi yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan pemerintah yang inklusif dan transformatif guna mendukung komunitas lokal sehingga mampu untuk mengembangkan jati diri walaupun langsung bertemu dengan budaya asing melalui pengembangan industri pariwisata

"Perlu ada strategi pembangunan pariwisata yang memberikan prioritas pada komunitas lokal, dalam arti memberikan tindakan afirmatif sehingga komunitas lokal dapat bersaing secara sehat dengan kaum migran pendatang dari luar Labuan Bajo," ujar Dosen Studi Pembangunan Departemen Sosiologi FISIP UI tersebut.

Pengembangan DPSP Labuan Bajo yang terintegrasi dan berdampak untuk Flores dan NTT secara keseluruhan membutukan orkestrasi ekosistem kepariwisataan dari semua unsur di dalamnya.

Sementara itu, Frans Teguh dalam paparannya menjelaskan bahwa ada empat isu utama dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, yaitu keterpaduan infrastruktur berkelanjutan, SDM dan kontribusi lokal, penyediaan komoditas lokal penunjang pariwisata, dan peningkatan kapasitas destinasi yang kesemuanya memerlukan kolaborasi dan kolaboraksi yang sinergis di antara pemangku kepentingan untuk dapat keluar dari empat isu kritis tersebut.

"Saat ini BPOLBF sendiri telah mengadakan dan merencanakan beberapa program, yakni orkestrasi tata kelola pariwisata di Labuan Bajo melalui forum-forum stakeholder, Forum Tata Kelola, pembentukan Sistem Terpadu Pintu Masuk Taman Nasional Komodo sebagai World Heritage Site & Cagar Biosfer, Tourism Information Center Labuan Bajo Flores, Forum dengan Lembaga Internasional/LSM, Forum GM Hotel, dan Forum dengan Asosiasi/Komunitas," tutur Frans Teguh.

Melalui program tersebut, diharapkan ada integrasi antar lembaga dalam menjalanakan peran dan fungsinya sehingga bisa memberi dampak pada ekonomi dan sosial kita. Mari jadikan sektor ini menjadi peluang ke depan," katanya lagi.

Melengkapi dari perspektif berbeda, narasumber lainnya, Andreas Hugo Pareira, anggota Komisi X DPR RI, memberikan prespektif politik dalam pembangunan kepariwisataan.

"Dari segi politik, selain menjalankan fungsi pengawasan, kami di DPR RI juga berperan sebagai mediator yang mempertemukan kepentingan pemerintah pusat dengan daerah dan selama ini prosesnya telah berlangsung secara kontinu, terutama dalam meningkatkan kapasitas SDM bukan hanya di DPSP saja tetapi juga daerah-daerah lain di sekitarnya," ujar Andre. 

Sebagai penutup, Ni Wayan Giri Adnyani selaku Sekretaris Utama Menparekraf menjelaskan bahwa pariwisata sebagai new economy dapat maksimal dirasakan apabila keterlibatan masyarakat lokal melalui komunitas-komunitas  juga terlibat secara aktif.

"Dengan meningkatnya aktivitas perjalanan wisatawan yang berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, hal itu juga mendorong berkembangnya industri kreatif di mana banyak melibatkan masyarakat atau komunitas lokal. Pemberdayaan masyarakat lokal melalui kepentingan pariwisata menjadi jalan yang membuka kesempatan kerja lebih luas bagi masyarakat untuk turut mengembangkan destinasi wisata, penciptaan produk ekraf, pelestarian budaya dan lingkungan," paparnya. (Frumentius/MC Manggarai Barat)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 23:18 WIB
Apel Hardiknas Berlangsung Sukses, Wabup Mabar Apresiasi Camat Sano Nggoang
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Rabu, 1 Mei 2024 | 07:57 WIB
Bupati Manggarai Barat Ingin Labuan Bajo Jadi HUB Pangan dan Sentra Holtikultura
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Senin, 29 April 2024 | 11:56 WIB
Bupati Manggarai Barat Ajak Biarawan-Biarawati Berkolaborasi Membangun dari Pinggiran
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Jumat, 26 April 2024 | 18:18 WIB
Rayakan HUT ke-52, REI Lakukan Penanaman Pohon di Labuan Bajo
  • Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
  • Rabu, 24 April 2024 | 06:14 WIB
Forum Sistem Pangan Multipihak Terbentuk, Tiga Poin Komitmen Bersama Ditandatangani