Hilarius Atdjas Sosok Di Balik Busana Adat Tanimbar Presiden Jokowi

:


Oleh MC KAB KEP TANIMBAR, Kamis, 17 Agustus 2023 | 15:38 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 689


Saumlaki, InfoPublik - Penggunaan pakaian adat Suku Tanimbar Provinsi Maluku oleh Presiden Joko Widodo dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI, Sidang Bersama DPR - DPD RI Tahun 2023, menjadi viral di media sosial, media cetak, elektronik dan media online di seantero Republik Indonesia. Hal ini menjadikan sebagian warga bertanya siapa sosok di balik busana yang digunakan Presiden Ke-7 tersebut.

Melalui percakapan aplikasi whatsapp dengan salah satu staf Kantor Perwakilan Kabupaten Kepulauan Tanimbar di Jakarta, Hilarius Atdjas membenarkan jika dia yang dihubungi untuk memasang semua perlengkapan pakaian adat Tanimbar kepada Persiden Joko Widodo.

“Beta (saya) dihubungi Kepala Perwakilan Provinsi Maluku (di Jakarta) Pa Fatah, untuk memberikan keterangan tentang tenun Tanimbar kepada Paspamres, namanya Ibu Ita,” Jelas Hilarius Atdjas yang sering dipanggil Telly melalui voice note whatsapp, Kamis (17/8/2023).

Menurut Telly, dia dihubugi pihak Paspamres pada Selasa (15/8/2023) malam agar keesokan harinya (Rabu, 16 Agustus 2023) menghadap ke Istana Negera pukul 07.00 WIB. Sesuai Penjelasan Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Maluku, Telly akan diberikan kesempatan untuk menjelaskan makna dari setiap benda adat yang akan dipakai Presiden, yang sedianya akan dipakai dalam Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Tahun 2023.

Tetapi yang terjadi setelah tiba di Istana Negara keesokan harinya, dia bukan datang untuk menjelaskan tetapi ditugaskan untuk memasang dan menentukan posisi dari pakai adat Tanimbar yang telah siapkan oleh Paspamres di Istana.

Tepat jam 08.00 WIT Telly dipersilahkan Paspamres untuk masuk ke ruang ganti Presiden dan ternyata di dalam Presiden Joko Widodo telah siap di sana lengkap dengan pakaian adat. Kemudian Telly ditanya persiden, “ini pakaian adat dari mana,” jelas Telly.

Telly yang juga desainer pakaian adat Tanimbar dan memiliki jaringan pada beberapa kawasan pertokaan di Jakarta terutama di daerah Blok M dan kawasan Pasar Baroe Jakarta dengan lantang dan percaya diri menjawab, “ini pakai adat Tanimbar Provinsi Maluku yang kemarin pak Presiden baru selesai kunjungan,” Katanya dengan sedikit bangga dan haru sebagaimana yang sampaikan dalam rekam suaranya.

Lanjutnya, presiden kemudian memberikan apresiasi kepada baju adat Tanimbar dengan mengatakan, “wah, bagus banget ini, baju adatnya, ok! Mari kita pakai bajunya,” cerita Telly.

Saat memasang pakaian adat Presiden sempat bertanya posisi dan arti dari setiap pakaian adat yang dipakai dan si Telly menjawab sambil memasang semua perlengkapan mulai dari Somalai (jenis burung Cenderawasi yang diduplikatkan dan dipakai di kepala), kain tutup kepala, kain tenun Tais Matan yang diselempang ke badan, kain Umpan yg terpasang di pinggang dan hiasan di leher yang terbuat dari kerang dan emas bulat (Emas Bulan, Tanimbar).

Dengan penuh kehati-hatian dan ketelitian dia mencoba memberikan yang terbaik kepada Presiden untuk tampil dengan Pakaian Adat Tanimbar tersebut, dia bahkan sempat canggung saat melakukan tugas itu. “beta (saya) juga saat kasih pakai beta (saya) gemetaran kakak,” ujar Telly sedikit menahan emosinya yang campur aduk antara bangga dan haru.

Ketika semua perlengkapan dipakai Presiden, baru diinformasikan bahwa Bapak Presiden akan memakai busana tersebut pad Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam Sidang Tahunan MPR - DRP RI hari itu juga Rabu, (16/8/2023).

Telly juga sempat ditanyakan apakah dikirim langsung dari Tanimbar, tetapi dia menjelasakan bahwa dia pegawai perwakilan provinsi Maluku di Jakarta asal Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kemudian dia diajak Presiden untuk foto bersama.

Menurut Telly, wacana untuk pemakaian baju adat Tanimbar sudah sejak 2 tahun lalu dan disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Tetapi tahun ini baru terwujud. Hal itu disebabkan karena kontraversi pemakain Somalai (hiasan burung Cendrawasi di kepala).

Presiden tidak mau menggunakan burung Cendrawasi asli karena berhubungan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. (MC Kab. Kepulauan Tanimbar/Mon)

“Bapak (Jokowi) tidak mau pakai cendrawasi yg asli, beliau pakai yang duplikat,” pungkasnya.