Pranatacara Perempuan Asal Blora Buktikan Emansipasi Melestarikan Budaya Jawa

:


Oleh MC KAB BLORA, Senin, 14 Juni 2021 | 12:56 WIB - Redaktur: Kusnadi - 684


Blora, InfoPublik - Sederet kalimat bahasa Jawa krama inggil disampaikan oleh Susan ketika tampil menjadi pembawa acara atau pranatacara pada lamaran, akad nikah, panggih manten, ngundhuh mantu, resepsi dan siraman di tempat orang punya hajat.

Susan adalah sosok pranatacara perempuan bahasa Jawa yang menikmati profesinya karena ketertarikannya untuk melestarikan budaya Jawa Tengah, khususnya.

Perempuan yang juga penyiar LPPL Radio Gagak Rimang Blora makin yakin setelah mengikuti pendidikan budaya Jawa melalui Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) Blora angkatan XI yang dilakukan selama lebih kurang lima bulan.   

“Karena saya sangat tertarik dengan budaya Jawa dan sangat prihatin dengan kondisinya sekarang  ini yang mulai tergeser degan kebudayaan luar. Untuk itu saya ingin menjadi pegiat untuk turut melestarikan budaya Jawa beserta elemen-elemen pendukungnya,” kata Susan, di Blora, Senin (14/6/2021).

Selama ini, tambahnya, pranatacara lebih banyak didominasi pria, itu yang menjadikan motivasi menjadi pranatacara dan menunjukkan kalau wanita juga bisa, emansipasi wanita.

Gayung bersambut, meski dalam suasana pendemi, job pun mulai berdatangan silih berganti. Bahkan dirinya pun menambah nama di belakangnya menjadi Susan Condro Wursito.

Nama itu, kata Susan, adalah pemberian dari Dwija Utama, yakni Purwantoro Cokro Buwono.

“Sementara masih lingkup Kabupaten Blora seperti Kecamatan Blora Kota, Kecamatan Jiken, Jepon,  Banjarejo, Jepon dan lainnya. Alhamdulillah, dengan bimbingan para senior saya bisa menyesuaikan dan mendapat kesempatan terjun di masyarakat, tentu saja dengan bahasa Jawa krama inggil,” ucapnya.

Menyikapi pengendalian persebaran COVID-19, kata Susan, setiap tampil menjadi pranatacara selalu memperhatikan protokol kesehatan, menjaga stamina.

“Dan tentunya sering-sering mengingatkan untuk patuh pada protokol kesehatan saat membawakan acara,” ucapnya.

Sementara itu dari berbagai sumber menyebutkan kehadiran pranatacara dalam masyarakat Jawa adalah bagian dari pelestarian budaya Jawa yang adiluhung, sebagai sumber kearifan dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan identitas lokal masyarakat Jawa.

Pranatacara merupakan profesi yang membutuhkan keahlian khusus, karena yang bersangkutan harus memahami benar susunan suatu acara menggunakan bahasa Jawa krama inggil. Keberadaan mereka layaknya master of ceremony (MC), sangat berpengaruh pada kesuksesan sebuah acara. Bisa runtut, urut dan mengalir.

Namun di balik semua itu, pranatacara tidak sekedar profesi, melainkan juga menjadi duta budaya Jawa.

Harus diakui saat ini banyak orang Jawa yang kehilangan jawane, terutama dari segi tutur bahasa. Banyak yang tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik, sehingga dengan keberadaan pranatacara ini, mereka bisa ikut melestarikan budaya itu dalam kehidupan. (MC Kab. Blora/Teguh).