:
Oleh MC PROV BALI, Kamis, 17 Oktober 2019 | 09:06 WIB - Redaktur: Kusnadi - 12K
Gianyar, InfoPublik - Kawasan wisata Tampak Siring di Gianyar, Bali, selain dikenal dengan Istana Tampak Siring yang indah, juga dikenal sebagai sentra kerajinan ukir tulang. Dari tangan-tangan terampil para perajin, berbagai tema karya seni dihasilkan dari bahan tulang hewan. Memang tulang-tulang hewan tak lebih dari sampah yang patut dibuang. Namun tidak bagi Sang Nyoman Lingga (48), pemilik dari Pegasus Gallery, perajin ukir di Tampak Siring, Gianyar.
Di tangannya, tulang-tulang hewan ini disulap menjadi karya seni dengan ciri khas ukiran tradisional khas Bali. Tulang yang digunakan pengrajin mulai dari tulang sapi dan kerbau. Selain itu, menggunakan gading gajah serta tanduk sapi dan kerbau. Bagi Sang Nyoman Lingga, tulang, gading dan tanduk lebih bagus dibanding kayu, karena memiliki tingkat kekerasan berbeda. Dan masing-masing bagian tulang hewan, memiliki tingkat kerumitan sendiri.
Usaha ini sebenarnya usaha warisan keluarga dari 80 tahun yang lalu. Untuk lebih mendalami kerajinan ukiran tulang, Nyoman Lingga mengikuti kegiatan di Central Tampak Siring Ukiran Tulang. Permodalannya yakni dari tabungan sendiri. Di tahun 90-an sudah mulai menggunakan mesin untuk membuat aksesories seperti kalung, cincin, gelang, bros, mote-mote, dan lainnya. Bahan-bahan yang digunakan seluruhnya menggunakan bahan dari daur ulang seperti tulang, gading dan tanduk yang dibeli dari Bali dan Sumatra (Padang) walaupun pengirimin terkadang sehambat. Serta alat-alat yang digunakan yakni Freedom, Mata Bor, dan lainnya.
Saat ini, dengan tenaga kerja berjumlah 7 orang, Nyoman Lingga sudah mampu memperoleh omzet sebesar 10 juta per bulan yang dimana tiap produk dikenai harga 100 ribu. Konsumen dari produk tulang milik Nyoman Lingga ini datang dari seluruh Indonesia bahkan sampai ke mancanegara. Selain itu, pernah mengikuti pameran Inacraft pada tahun 2018 dan memiliki toko sendiri di kediamannya di Tampak Siring, Gianyar, Bali.
Nyoman Lingga, belum lama ini bercerita bahwa konsumen dari produk ukir tulangnya sangat banyak namun saat Bom Bali I dan Krisis Global di tahun 2008, konsumennya menurun drastis. Sampai saat ini, usaha kerajinannya belum tersentuh bantuan dari pamerintah kabupaten maupun provinsi. Berharap untuk kedepannya, diberikan bantuan berupa bantuan pemasaran dan pelatihan penjualan secara online serta diupayakan agar dapat memasang both di central pariwisata seperti Hotel, Restauran, dan lainnya.