:
Oleh MC PROV BALI, Senin, 1 April 2019 | 11:57 WIB - Redaktur: Juli - 9K
Bali, InfoPublik - Pulau Dewata Bali, terkenal dengan kerajinannya yang unik, salah satunya kerajinan ukir. Namun dalam perkembangannya, profesi tukang ukir di Bali mulai ditinggalkan. Saat ini, sedikit generasi muda yang mau meneruskan keterampilan ukir serta menjadikan sebagai pekerjaan utama.
Untuk melestarikan kerajinan ukir, sekaligus memberikan nilai ekonomi sehingga menarik minat generasi muda menekuni seni ukir, pemuda asal Desa Kuwum Marga Tabanan, I Wayan Lovayana (27) mengembangkan usaha casing Handphone (HP) dari kayu dengan hiasan ukiran khas Bali.
I Wayan Lovayana menuturkan, ide awalnya dimulai dari tesis S2. Dia mulai memikirkan terobosan usaha kreatif yang merangkul seniman ukir di Bali sekaligus melestarikan seni ukir Bali dan memberikannya nilai usaha yang menjanjikan.
Lovayana kemudian membuat casing kayu berukir, dan menggandeng seniman ukir dari desanya serta seniman ukir dari Ubud. Dengan target pasarnya adalah masyarakat kalangan menengah ke atas.
Maka lanjut dia, untuk pembuatan casing HP kayu berukir dengan nama label Tattwa Nusantara berfokus pada jenis handphone Iphone serta Samsung generasi Note, dan Galaxy S. Harga jual casing kayu berukirnya adalah Rp350 ribu hingga Rp750 ribu.
Menurut Lovayana, harga penjualan relatif mahal karena karya seni serta keberadaan kerajinan ini baru pertama di Indonesia bahkan pertama kali di dunia.
Dalam mengembangkan usahanya, Lovayana tidak sendiri. Ia merangkul anak-anak muda di desanya untuk bekerja sama mengembangkan kerajinan ini. Ada di bidang penjualan hingga design. Ukiran yang terpahat, biasanya tokoh dewa seperti Ganesha, Barong, dan lainnya. "Bisa juga sesuai pesanan. Kami layani satu minggu karena pre order,’’ ujarnya.
Ciri khas dari produknya yakni casing yang diukir secara langsung tanpa laser cutting dan design mengandung nilai filsafat leluhur.
Dalam meningkatkan ekonomi seniman ukir, Lovayana menerapkan sistem bagi hasil, seniman ukir mendapatkan porsi hingga 50 persen dari harga jual.
Lovayana berharap, dengan pemasukan yang besar lewat penjualan hasil kerajinan ini, para generasi muda melirik untuk mulai menekuni seni ukir. Sehingga budaya seni ukir di Bali bisa dilestarikan.
Dalam pemenuhan bahan baku kayu, semua diserahkan kepada seniman ukir. Namun biasanya, kayu didapat dari sisa kerajinan mebel ataupun kerajinan ukir bahan bangunan yang ada di Marga.
"Jadi selain melestarikan budaya kita juga melestarikan lingkungan dengan memaksimalkan pemakaian kayu yang sudah tidak terpakai lagi," ungkapnya.
Setelah ukiran selesai, barulah diberikan sentuhan terakhir yaitu memasang bahan karet (rubber) sebagai pelindung HP sehingga tidak lecet saat dipasang pada casing HP kayu berukir ini.
Rata-rata penjualan casing HP kayu berukir ini adalah 20 hingga 30 buah. Tidak hanya Indonesia, peminat casing HP ini juga sampai luar negeri. Hanya saja masih terbentur biaya kirim yang sangat mahal sehingga memerlukan pemesanan skala besar. (IP ProvBali)