BRIN Kaji Riset Kebijakan Perlindungan pada Tindak KDRT dan Kelompok Rentan

: Diskusi bertajuk


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Senin, 6 Mei 2024 | 17:50 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 119


Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji riset terkait kekerasan dalam rumah tangga  yang merupakan faktor risiko utama terjadinya pelecehan dan penelantaran anak.

Hal itu dibahas oleh Pusat Riset Kebijakan Publik (PRKP) bersama Griffith University Australia dalm diskusi bertajuk "Domestic Violance and Vulnerable Groups Protection: Ethic and Developmental Research”.            

Profesor dari Griffith University Australia, Patrick O'Leary yang menjadi narasumber utama mengatakan bahwa anak-anak merupakan korban yang paling berpotensi terkena dampak secara langsung atau tidak langsung dari kekerasan dalam rumah tangga.

"Hal ini mencakup mendengar dan atau menyaksikan kekerasan, dipaksa menonton atau berpartisipasi dalam kekerasan, dipaksa untuk memata-matai orang tua, diberi tahu bahwa mereka adalah penyebab kekerasan, dijadikan sandera, membela orang tua dari kekerasan, atau bahkan melakukan intervensi untuk menghentikan kekerasan," kata Patrick dikutip dari www.brin.go.id, Senin (6/4/2024) .

Patrick menjelaskan bahwa terdapat dampak jangka panjang terhadap konsekuensi fisik, kognitif, psikologis, sosial, emosional, dan perilaku dari paparan kekerasan dalam rumah tangga pada masa kanak-kanak.

"Hal ini mungkin termasuk fungsi kognitif, kemampuan bahasa yang buruk, kekurangan memori ingatan, kesulitan beradaptasi terhadap perubahan dan kurangnya perhatian," ujarnya.

Ia juga menjabarkan bahwa Australia memiliki kebijakan Perpetrator Intervention Systems, yaitu sistem yang digunakan untuk intervensi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, dan seksual. Sistem ini mencakup monitoring respon polisi yaitu sangsi kriminal, sistem layanan yaitu apa yang mendorong seseorang untuk mencari bantuan, dan sistem sosial yaitu faktor apa yang dilihat sebagai insiden kekerasan atau pelecehan. "Segala perbedaan antara perubahan sikap dan perubahan perilaku si pelaku perlu diukur," ujar Patrick.

"Di Indonesia biasanya pihak korban kekerasan dalam rumah tangga disuruh meninggalkan rumahnya untuk tinggal di tempat lain sementara, agar terhindar dari tindakan pelaku. Sedangkan Australia memisahkan si pelaku ke tempat yang berbeda, sehingga korban merasa aman tinggal di rumahnya," ujarnya.

Peneliti dari Griffith University Australia lainnya, Amy Young turut memaparkan secara ringkas terkait hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan riset terkait kekerasan dalam rumah tangga. Mulai dari melakukan riset terhadap pelaku kekerasan dengan menggali banyak sumber data untuk memastikan informasi akurat dan berfokus pada perilaku, bukan hanya sikap.

"Selain itu juga melakukan riset terhadap korban kekerasan seperti anak-anak dan perempuan, riset terhadap pengamat, dan juga komunitas," ujar Amy.

Bahkan, menurut Amy, di masa modern ini ketika teknologi diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, teknologi semakin menjadi ciri pola kontrol yang dilakukan oleh pelaku kekerasan keluarga.

"Teknologi yang digunakan dalam tindakan kekerasan dalam rumah tangga dapat mencakup perangkat yang terhubung ke internet seperti telepon seluler, tablet, dan komputer," ujarnya

Kepala PRKP BRIN, Yanuar Farida dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa kegiatan diskusi ini sangat penting dan membawakan manfaat. Hal itu karena dapat menambah wawasan dan ide baru, yang bertujuan untuk meningkatkan riset, terkait kebijakan pada perlindungan kekerasan dalam rumah tangga serta kelompok rentan. "Berbagai contoh isu yang dibahas juga cukup related dengan keadaan saat ini," ujar Yanuar.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 18 Mei 2024 | 13:35 WIB
BRIN Perkuat Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi Dukung Net Zero Emission
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 17:15 WIB
Keindahan Bimasakti dari Observatorium Nasional Timau
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 15:33 WIB
BRIN Kenalkan Teknik Analisis Nuklir untuk Cegah Pencemaran Lingkungan ke Mahasiswa
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 15:38 WIB
Pentingnya Pembangunan SDM untuk Indonesia Emas 2045
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 15 Mei 2024 | 16:57 WIB
World Water Forum, Solusi Persoalan Air Global
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 15 Mei 2024 | 15:35 WIB
Ada Strategi Meningkatkan Ketersediaan Pangan melalui Lahan Kering
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 15 Mei 2024 | 14:28 WIB
NTT Diminta Manfaatkan Media Sosial untuk Pasarkan Produk Unggulan