BRIN Dorong Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Pala Ternate

: Forum Diskusi Pusat Riset Kewilayahan (PRW) dengan tema “Gosora Ternate: Arti Pala Bagi Masyarakat dan Kesejahteraan Petani Ternate”/Foto: dok. Humas BRIN


Oleh G. Suranto, Minggu, 25 Februari 2024 | 10:47 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 167


Jakarta, InfoPublik - Kejayaan komoditas rempah pala tidak seperti dahulu, tetapi pala tetap menjadi penopang hidup yang utama bagi mayoritas masyarakat Maluku Utara. Maka perlu upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu pala sehingga menjadi salah satu produk ekspor unggulan Indonesia serta memperhatikan kesejahteraan petani pala.

Salah satu upaya dalam peningkatan produksi dan nilai tambah rempah pala di Ternata yakni melalui program Gerakan Orientasi Ekspor untuk Rakyat Sejahtera (Gosora). Hal ini yang dipaparkan Periset Pusat Riset Kewilayahan (PRW) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dina Srirahayu, dalam Forum Diskusi Pusat Riset Kewilayahan (PRW) dengan tema “Gosora Ternate: Arti Pala Bagi Masyarakat dan Kesejahteraan Petani Ternate”. Forum tersebut digelar secara daring  pada Jumat (23/2) lalu.

Dina menjelaskan bahwa program Gosara memberikan perlindungan kepada petani kebun dan pelaku usaha atas komoditas yang diusahakan, juga menguatkan posisi tawar petani kebun sebagai produsen melalui pemberlakuan harga komoditas yang menguntungkan petani kebun, serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan strategis.

Menurutnya Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor pala terbesar di dunia. Pada tahun 2022, Indonesia menduduki urutan pertama sebagai eksportir pala terbanyak di dunia mengalahkan India, Vietnam, Belanda, dan Sri Lanka, dengan nilai perdagangan sebesar 184,750 juta dolar. ‘’Pala paling banyak di tanam di wilayah Luar Jawa. Selama periode 2018-2022, sentra produksi pala di Indonesia yaitu Sulawesi Utara, Aceh, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Sumatera Barat,’’ jelas Dina dalam keterangannya dikutip dari laman BRIN, Jakarta, Minggu (25/2/2024).

Ia menyebutkan perkebunan pala menjadi sumber mata pencaharian, sumber pendapatan, dan sumber penghidupan yang utama bagi banyak orang di Maluku Utara. ”Secara luas, sudah tidak perlu diragukan lagi karena kemampuan dan pengetahuan penduduk di bidang ini telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu secara turun-temurun,” ungkap Dina.

Untuk itu tambah Dina perlu peningkatan kuantitas dan kualitas produksi pala untuk meningkatkan kesejahteraan petani pala. Salah satunya yaitu dukungan pemerintah daerah melalui program Gosora yang sebenarnya juga telah memberikan dampak positif yang signifikan. Berdasarkan pengamatan risetnya, mulai terlihat adanya peremajaan kebun pala dengan bibit unggul. Selain itu, juga terdapat peningkatan pengetahuan petani dan perbaikan sistem bertanam pala.

Dirinya menilai program Gosora ini juga dapat memperbaiki kualitas hasil panen, sehingga berdampak pada kenaikan harga jual pala dan peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, Dina menyoroti, kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, swasta, dan akademisi diharapkan dapat terus dilakukan secara berkelanjutan. ‘’Hal inilah yang menjadi dasar tujuan dijadikan pala sebagai salah satu produk ekspor unggulan Indonesia, serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani bisa terwujud.  Dengan demikian visi dan misi dalam program Gosora pun tercapai,’’ ungkap Dina.

Sumber Foto: dok. Humas BRIN