Sidang Tahunan MPR RI 2022: Presiden ke Ukraina dan Rusia, Wujud Realisasi Pembukaan UUD 1945

:


Oleh Wandi, Selasa, 16 Agustus 2022 | 14:21 WIB - Redaktur: Untung S - 224


Jakarta, InfoPublik - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Bambang Soesatyo, mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo sebagai seorang negarawan sejati berkunjung ke Ukraina dan Rusia dengan membawa misi perdamaian.

Langkah Presiden itu, menurut Bambang sudah seharusnya diapresiasi seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia, karena merupakan amanah salah satu alenia pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.

"Kenegarawanan Presiden Jokowi kembali ditunjukkan, melalui pelaksanaan salah satu tujuan pembentukan pemerintah negara Indonesia, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata Bambang Soesatyo saat berpidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Menurut Bambang, langkah negarawan sangat dibutuhkan saat ini mengingat kondisi global semakin tidak menentu. Semua negara sedang berupaya keras memulihkan ekonominya, pascapandemi COVID-19.

Belum lagi dinamika global, seperti konflik Rusia-Ukraina, perang dagang dan teknologi Amerika Serikat-Tiongkok, ketegangan baru di Selat Taiwan, serta disrupsi rantai pasok yang berimplikasi pada fluktuasi harga komoditas pangan dan energi.

Bambang Soesatyo menuturkan, misi perdamaian Presiden itu jelas patut diberikan apresiasi yang setinggi-tingginya. Karena perang dengan alasan apa pun, selalu membawa petaka, kehancuran, dan kesengsaraan.

Perang juga menghancurkan peradaban, yang telah dibangun berabad-abad lamanya. Membawa krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, pangan, dan energi.

Bambang mengungkapkan, menurut Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), dalam kurun waktu kurang dari dua bulan sejak pasukan Rusia memulai perang di Ukraina, sebanyak 5 juta warga Ukraina telah meninggalkan negara mereka.

Warga Ukraina kini merupakan kelompok pengungsi kedua terbesar di dunia, setelah pengungsi Suriah yang jumlahnya mencapai 6,8 juta.

"Perang antara Rusia dan Ukraina, juga telah menyebabkan sekitar 7,1 juta warga Ukraina terpaksa kehilangan tempat tinggal mereka di negaranya. Jumlah tersebut merupakan jumlah populasi terbesar di dunia, yang harus kehilangan tempat tinggal mereka sendiri akibat konflik yang melanda. Perang di Ukraina telah memicu krisis pengungsi dan krisis kemanusiaan yang tumbuh paling cepat," ungkapnya.

Indonesia Miliki Risiko Kecil Resesi

Lebih lanjut, Bamsoet mengutip pernyataan Presiden Jokowi adanya ancaman krisis global yang kini ada di depan mata. Saat ini, sekitar 320 juta penduduk dunia berada dalam kondisi kelaparan akut. Menurut data dana moneter internasional (IMF) dan Bank Dunia, perekonomian 66 negara diprediksi akan bangkrut dan ambruk. Pelambatan dan kontraksi pertumbuhan ekonomi global, semakin diperburuk oleh tingginya kenaikan inflasi.

"Namun, berkat kesigapan Pemerintah dalam menyikapi ancaman krisis, dari hasil survey Bloomberg, Indonesia dinilai sebagai negara dengan risiko resesi yang kecil, hanya tiga persen, sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara di benua Amerika dan Eropa, yang mencapai 40 hingga 55 persen, ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20 hingga 25 persen," pungkasnya.

Foto: Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kanan) meninjau lokasi puing-puing kompleks Apartemen Lipky di Kota Irpin, Ukraina, Rabu (29/6/2022). ANTARA FOTO/Setpres/Agus Suparto/Handout/wsj.