Kominfo Gandeng Empat Pihak Bangun Imunitas Publik dari Dampak Hoaks

:


Oleh Tri Antoro, Jumat, 26 Maret 2021 | 21:16 WIB - Redaktur: Untung S - 280


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggandeng empat pihak dalam melawan beredarnya informasi tidak benar (hoaks). Sehingga, pengguna ruang digital dalam negeri dapat memiliki imunitas dari terpaan hoaks yang masif ketika berselancar di dunia maya.

"Ada sederet konsorsium yang bergerak secara bersama untuk melawan hoaks. Agar, setiap individu di Indonesia memilki imunitas," ujar Tenaga Ahli Menteri Kominfo Devie Rahawati di Dialog "Komunikasi Publik Tangkis COVID-19" yang ditayangkan TVRI pada Jumat (26/3/2021).

Kominfo memerlukan bantuan dari empat pihak dalam rangka membangun imunitas masyarakat yang kebal terhadap informasi hoaks di dunia digital. Dengan kriteria-kriteria tertentu, maka akan mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat pengguna ruang digital menjauhi hoaks.

Terdapat empat pihak dengan kriteria tertentu yang pemerintah gandeng, untuk membantu menyebarkan pesan positif di ruang digital. Mengingat, orang-orang yang masuk dalam kriteria di atas, memiliki pengaruh ketika melakukan komunikasi di berbagai kanal daring maupun tatap muka secara langsung. 

Pertama, orang yang memiliki kekuasaan dari mulai tingkat komunitas hingga nasional. Karena, individu tersebut sudah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat, dengan begitu besar potensinya akan dipercaya oleh masyarakat ketika menyampaikan berbagai pesan positif.

"Orang yang memiliki kekuasaan seperti kepala desa atau presiden yang kata-katanya dipercaya oleh masyarakat," imbuhnya.

Dua, kriteria orang yang memiliki status ekonomi ke atas. Disinyalir, orang dengan kriteria tersebut mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat ketika berkomunikasi di ruang digital dalam berbagai platform yang ada.

"Orang yang posisi ekonominya menengah ke atas cenderung didengarkan oleh publik," katanya.

Tiga, orang yang memiliki ketenaran atau popularitas di berbagai kanal komunikasi yang marak digunakan masyarakat saat ini. Dengan banyaknya pengikut dari orang-orang di atas, besar kemungkinan masyarakat akan mendengar berbagai pendapat yang dikemukakan.

"Orang yang memiliki ketenaran di semua channel komunikasi seperti artis, selegram, maupun influencer," tuturnya.

Empat, orang yang dipandang oleh masyarakat memiliki kewibawaan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kriteria ini mempunyai pengaruh yang besar dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menghadapi informasi hoaks.

"Orang yang memiliki kewibawaan seperti tokoh agama dan masyarakat. Mereka ini mempunyai kekuatan komunikasi yang besar dalam mengarahkan opini pengikutnya," imbuhnya.

Sementara itu, Koordinator Program dan Pemeriksa Fakta MAFINDO Dedy Helsyanto mengatakan, dominasi hoaks yang beredar di dunia maya saat ini kerap dibungkus dengan hal-hal yang sensitif. Sehingga, pengguna ruang digital mampu terperdaya oleh paparan informasi hoaks tersebut.

Hal yang sensitif yang dimaksud adalah informasi yang erat kaitannya dengan Suku, Ras, dan Agama (Sara). Dengan metode ini, pesan tidak benar disusupkan ke dalam konten informasi, untuk dapat menarik perhatian khalayak.

"Hoaks sering disisipkan dengan pesan-pesan emosional yang biasa berhubungan dengan Sara," katanya.