Kearifan Lokal Berperan Penting dalam Menangkal Disinformasi

:


Oleh Jhon Rico, Jumat, 14 Agustus 2020 | 16:30 WIB - Redaktur: Isma - 401


Jakarta, InfoPublik- Anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Farhan menyatakan bahwa media yang berkembang pesat membawa masyarakat pada dunia tanpa batas. Terlebih saat pandemi Covid-19, penggunaan gawai dan internet meningkat dibandingkan sebelumnya.

Derasnya arus informasi membuat masyarakat dengan mudah dan cepat mendapatkan berita. Bahkan, beberapa berita yang mereka dapat merupakan berita bohong atau hoaks.

Menurut Farhan, kearifan lokal berperan penting dalam menangkal disinformasi yang beredar di tengah masyarakat. Pentingnya adat dalam berkomunikasi bisa menghilangkan masifnya penyebaran berita-berita yang membingungkan.

Musyawarah dan gotong-royong pun perlu dilakukan untuk mendiskusikan informasi kepada pihak-pihak terkait.

"Masyarakat juga harus bisa mengendalikan diri dan mampu menahan untuk tidak mengamini suatu berita, sebelum kebenarannya terkonfirmasi secara utuh," kata Farhan dalam acara Webinar Forum Diskusi Publik dengan tema "Membangun Masyarakat Sadar Informasi, Mewujudkan Harmonisasi Melalui Budaya Kearifan Lokal di Era Adaptasi Kebiasaan Baru" yang diselenggarakan oleh Ditjen IKP Kemkominfo RI, Jumat (14/8/2020).

Selain itu, terang dia, komunitas berbasis rukun tetangga, pengajian atau kegiatan gotong-royong di tengah masyarakat pun dapat digunakan sebagai media kampanye untuk meningkatkan literasi informasi.

Ia pun meminta agar masyarakat, khususnya para generasi muda untuk tidak mudah percaya terhadap berita-berita yang belum terkonfirmasi. Masyarakat harus terlebih dahulu mengenali judulnya, cek fakta, cermati alamat situs dan cek keaslian fotonya.

Menurut dia, ada beberapa media yang bisa dijadikan rujukan dan sudah jelas terkonfirmasi seperti TVRI, Antaranews dan lainnya.

Ia menyebut bahwa berita-berita hoaks bisa membuat kecemasan di tengah masyarakat. Bahkan, pandemi pun bukan hanya berdampak pada kesehatan dan ekonomi, tetapi berdampak kepada psikologis.

Menurut dia, hal yang paling hangat adalah teori konspirasi mengenai kebenaran Covid-19. "Beberapa masyarakat dibuat bingung dan kepercayaannya mulai terkikis," ujar dia.

Ia menyatakan, fenomena hoaks dan teori konspirasi di tengah pandemi sangat berbahaya. Para peneliti di Universitas Munster Jerman menyimpulkan bahwa penyebaran teori konspirasi merupakan ancaman yang nyata.

Teori konspirasi menganfirmasi bias, dalam hal ini adalah memanfaatkan kerentaan masyarakat terhadap bias informasi.

Oleh karena itu, media alternatif pun dapat berkontribusi pada kebingungan publik dengan membangun pandangan dunia yang kontradiktif, yang mencurigai dan mempertanyakan setiap pernyataan resmi dari pemerintah.