Mendagri Turut Berduka atas Wafatnya Gus Sholah

:


Oleh Eko Budiono, Senin, 3 Februari 2020 | 13:21 WIB - Redaktur: Untung S - 533


Jakarta, InfoPublik-Wafatnya pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH. Sholahuddin Wahid  atau Gus Sholah membuat kehilangan bagi semua pihak, termasuk Menteri Dalam (Mendagri) Negeri M.Tito Karnavian.

Di mata Tito, Gus Sholah merupakan pribadi yang baik, juga tak segan mengkritik. Bahkan Tito mengaku pernah mendapatkan kritikan saat masih menjabat sebagai Kapolri.

"Saya melihat beliau adalah pribadi yang sederhana. Kemudian terus terang sangat baik hati dan juga kritis. Saya juga kadang-kadang dikritik oleh beliau. Saya juga berterima kasih," kata Tito dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/2/2020)

"Misalnya mengenai Polri, beliau minta agar tegas bertindak, kemudian juga harus taat pada hukum dan lain-lain," sambungnya.

Selain persoalan terkait jabatannya saat itu di kepolisian, Tito merasakan memiliki hubungan lain yang dapat mendekatkan ia dengan Gus Sholah.

"Saya banyak juga cerita soal NU, Tebuireng. Saya merasa kesan yang sangat mendalam," ungkapnya.

Adapun kabar wafatnya Gus Sholah didapat Tito secara langsung dari Direktur RS Harapan Kita, tempat Gus Sholah menjalani perawatan hingga menghembuskan napas terakhirnya, pada Minggu (2/2/2020) malam.

Tito mengungkapkan, bahwa adiknya merupakan direktur di rumah sakit tersebut. Sehingga dirinya bisa mendapat perkembangan kondisi kesehatan Gus Solah secara langsung.

Tito mengatakan bahwa dirinya juga sudah sempat menjenguk langsung Gus Solah beberapa waktu sebelumnya.

"Sehingga saya juga mendapat informasi beliau kembali ke RS beberapa hari yang lalu. Saya belum sempat datang dan saya diberitahu adik saya perkembangan dan langkah yang dilakukan untuk pengobatan beliau dan kemudian saya diberitahu tadi beliau wafat. Saya datang ke sini sekaligus takziah," ujar Tito.

Sebelumnya, KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah meninggal dunia pada Minggu (2/2/2020) malam, usai mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Gus Sholah wafat di usia 77 tahun, ia adalah adik kandung dari mantan Presiden RI ke-4 KH.Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Lahir di Jombang, Jawa Timur pada 11 September 1942, Gus Sholah berpulang meninggalkan seorang istri dan tiga anak.

Semasa hidupnya, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari itu dikenal sebagai ulama yang gemar menulis, aktivis, juga politikus. Meninggalkan kariernya di bidang kontraktor, pria lulusan arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mulai aktif menulis. 

Pada 1993, Gus Solah menjadi pimpinan redaksi majalah Konsultan. Setelah itu, ia aktif menulis di harian Republika, Kompas, Suara Karya, dan lain sebagainya.

Tulisan-tulisannya banyak menyoroti berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat dan bangsa. Selain menulis di media massa, Gus Sholah juga menulis beberapa buku. Karya-karyanya yang telah dibukukan, antara lain: Negeri di Balik Kabut Sejarah (November 2001), Mendengar Suara Rakyat (September 2001), Menggagas Peran Politik NU (2002), Basmi Korupsi, Jihad Akbar Bangsa Indonesia (November 2003), Ikut Membangun Demokrasi, Pengalaman 55 Hari Menjadi Calon Wakil Presiden (November 2004).

Gus Solah juga aktif berorganisasi sejak muda. Ia pernah menjadi bagian ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), bahkan pernah terpilih menjadi Anggota Dewan Penasehat ICMI sejak 1995 hingga 2005. Lalu pada 2000, terpilih menjadi Ketua MPP ICMI periode 2000-2005. Keanggotaannya di ICMI membuat Gus Sholah semakin dekat dengan dunia politik.

Sejak bergulirnya era reformasi, keterlibatan Gus Sholah dalam bidang politik semakin intens. Ia pernah bergabung dengan Partai Kebangkitan Umat (PKU) yang didirikan Kiai Yusuf Hasyim dan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU.

Pada September 1999, Gus Sholah mengundurkan diri dari PKU. Lalu pada Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Gus Sholah ikut maju sebagai salah seorang kandidat Ketua Umum PBNU. Gus Sholah kemudian terpilih sebagai salah satu ketua PBNU periode 1999-2004.

Pada akhir 2001, Gus Sholah juga terpilih sebagai salah satu dari 23 anggota Komnas HAM periode 2002-2007. Selama berkiprah di Komnas HAM, Gus Sholah sempat memimpin TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) untuk menyelidiki kasus Kerusuhan Mei 1998 (Januari-September 2003), kemudian Ketua Tim Penyelidik Adhoc Pelanggaran HAM Berat kasus Mei 1998, Ketua Tim Penyelidikan Kasus Pulau Buru, dan lain sebagainya.

Ketika sistem pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung pada 2004, Gus Sholah sempat dipinang Golkar untuk maju sebagai cawapres berpasangan dengan Wiranto. Deklarasinya dilakukan di Gedung Bidakara, Jakarta, Selasa 11 Mei 2004. Ini merupakan babak baru dari perjalanan karier politiknya.

Untuk menunjukkan keseriusannya sebagai cawapres, Gus Sholah mengundurkan diri dari Komnas HAM dan PBNU. 

Namun, perolehan suara yang sedikit membuat mereka gagal mengisi kursi pimpinan pemerintahan. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla yang menang.

Meninggalkan dunia politik, pada 2006, Gus Sholah kemudian memimpin Pesantren Tebuireng.

Biodata 

Nama: IR. H. SALAHUDDIN WAHID

Lahir: Jombang, 11 September 1942

Ayah: KH Wahid Hasjim

Ibu: Hj. Sholehah

PENGALAMAN ORGANISASI:

* 1963-1964, Anggota Pengurus Senat Mahasiswa Arsitektur ITB

* 1967, Bendahara Dewan Mahasiswa ITB

* 1964-1966, Komisariat PMII ITB

* 1964-1966, Wakil Ketua PMII Cabang Bandung

* 1973-Sekarang, Anggota Ikatan Arsitek Indonesia

* 1988-Sekarang, Anggota Persatuan Insinyur Indonesia.

* 1989-1990, Ketua DPD DKI Indkindo (Ikatan Konsultan Indonesia)

* 1991-1994, Sekretaris Jenderal DPP Inkindo

* 1994-1998, Ketua DEPARTEMEN Konsultan Manajemen Kadin

* 2002-2005, Anggota Dewan Pembina YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

* 1999-2004, Ketua PBNU

* 2000-2005, Ketua MPP ICMI

* 1995-2005, Anggota Dewan Penasehat ICMI

* 2002-2005, Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

* 2000-Sekarang, Ketua Badan Pendiri Yayasan Forum Indonesia Satu.

* 1993-Sekarang, Anggota Pengurus IKPNI (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia)

* 1985, 1999 Pendiri, Sekretaris Yayasan Wahid Hasyim

* 2006-Sekarang, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

* 2009-Sekarang, Dewan pembinan Yayasan Hasyim Asy’ari