Negara Rugi Rp 5 Triliun Akibat Kejahatan Bantuan Pangan Non Tunai

:


Oleh Baheramsyah, Senin, 23 September 2019 | 15:44 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 434


Jakarta,InfoPublik – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyatakan, terjadi praktik mafia dalam penyaluran ‎Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Hal ini dianggap merugikan Negara sebesar Rp 5 triliun.

Buwas menyebutkan banyak oknum mengambil untung dari subsidi pangan tersebut.  Hal ini akan segera diungkap dengan melibatkan satgas pangan. Dari total pagu anggaran program BNPT Kementerian Sosial (Kemensos) sebesar Rp20,4 triliun, sekitar Rp5 triliun dipermainkan para oknum yang menjadi mitra penyalur bantuan pangan untuk masyarakat miskin.

 "Padahal Presiden ini serius anggarkan Rp17-20 triliun untuk BPNT. Prediksi kami tapi ini akan buktikan oleh satgas dan Polri ada uang negara yang dipakai bancakan [diselewengkan] itu Rp5 triliun lebih," jelas Buwas saat konfrensi pers di Gedung Perum Bulog Jakarta,Senin (23/9/2019).

Ia menyebut, skema dari penyaluran BPNT yang selama ini diserahkan pada swasta oleh Kementerian Sosial perlu diperbaiki.  Bulog, kata Buwas, siap membantu skema penyaluran ke masyarakat dengan tepat. Pasalnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke depan berencana menambah anggaran untuk BPNT sampai Rp60 triliun.

Ia mengatakan anggaran tersebut perlu dijaga dan dioptimalkan penggunaannya. "Jadi hampir sepertiganya dipermainkan, apalagi program ini akan ditambah sampai Rp60 triliun. Ini nanti akan semakin banyak uang yang dikorupsi. Kita tidak boleh biarkan hal itu," terang dia.

Buwas mengatakan, ‎terdapat permainan dalam kegiatan penyaluran BNPT yang sudah berjalan lama untuk keuntungan individu dan kelompok, sehingga merugikan masyarakat yang berhak menerima dan negara.

"Dalam penyelauran BPNT masalah besar disitu ada ajang permainan sudah berjalan bertahun-tahun‎," katanya.

Buwas menyebutkan sejumlah temuan ‎yang dimainkan mafia dalam kegiatan penyaluran BPNT, yaitu penipuan penyaluran beras kualitas medium yang dibungkus dengan kantung beras premium, hal ini bertujuan agar beras medium yang disalurkan dijual dengan harga premium , misalnya, kuota beras yang seharusnya diberikan ke masyarakat sebanyak 10 kilogram, menjadi hanya lima sampai tujuh kilogram per bulan.

"Ini satu bentuk wujud nyata, beras disetor ke BPNT beras ini bukan premium tapi medium, kita menerima beras dengan harga premium sehingga jatahnya sedikit," tuturnya.

Temuan lain adalah pemakasaann terhadap masyarakat untuk menerima beras dengan kualitas buruk, jika tidak maka diancam akan dihapus dari daftar penerima BPNT.‎ Selain itu, jumlah beras yang diterima masyarakat juga tidak sesuai dengan ketentuan.

Buwas juga tak pernah menemukan kualitas beras premium yang dibagikan kepada masyarakat. Hanya ada kualitas beras kelas medium yang harganya lebih murah dari premium. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, Buwas berasumsi ada kecurangan dan permainan dari penyaluran beras ke masyarakat miskin.

"Saudara kita dipaksa untuk menerima beras jelek. Saya akan kerjasama dengan kekuatan pemerintah termasuk penelusuran dana ini akan kita buktikan. Termasuk bukti yang sekarang dibawa, ini karung-karung beras cap Bulog dan Cap Pandan Wangi karung ini banyak dijual online," tegasnya.

"Ini pemalsuan ini kejahatan yang berkolaborasi dengan sindikat jadi harus segera kita tangani," terang mantan kepala BNN tersebut.

 Karung-karung beras BPNT, kata Buwas, merupakan bukti adanya penyelewengan kualitas yang dilakukan para oknum saat menyalurkan beras ke masyarakat miskin. Indikasinya beras dengan kualitas medium dimasukkan ke karung-karung bertuliskan beras premium.

Ia bahkan sudah menelusuri, harga karung yang dijual online tersebut dijual secara bebas dan murah yaitu Rp1.000/pic. Lantaran itu, Bulog ingin mengambil alih penyaluran beras BPNT agar total bantuan Rp110.000/kepala keluarga tersebut tidak dipotong oleh oknum-oknum penyalur yang disebut Buwas sebagai mafia pangan. Kerugian negara tersebut dihitung Buwas dari kecurangan kualitas dan kuota.

 Ia memprediksi, oknum bisa mendapat keuntungan sekitar Rp30.000/paket dari total Rp110.000 bantuan yang disalurkan melalui beras dan telur. "Bahkan yang penyalur beras itu awalnya hanya tukang tambal ban. Baru kemudian ketika ada penyaluran beras dia berubah jadi penjual beras. Mereka itu warung siluman, kios enggak jelas. Berasnya entah dari mana, suplainya udah ada kerjasama," kata dia.