Masyarakat Perlu Bijak Sikapi Polarisasi Pasca Pemilu

:


Oleh Tri Antoro, Minggu, 30 Juni 2019 | 11:49 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 524


Jakarta, InfoPublik - Masyarakat perlu bijak dalam mensikapi dampak polarisasi yang terjadi, akibat perbedaan pilihan politik saat pemilihan umum (Pemilu) presiden dan wakil presiden tahun ini.

"Kita jangan terlalu terbawa pada polarisasi yang tak ilmiah," ujar Pengamat Pemilu Titi Anggraini di Jakarta, Sabtu (29/6).

Masyarakat perlu mengetahui, kata dia, bahwa kondisi politik di Indonesia sangat dinamis. Ada kemungkinan partai yang tadinya saling berkompetisi dengan keras saat pemilu, tiba-tiba saling bekerjasama dalam kontestasi pemilu berikutnya.

"Para elit politik akan biasa-biasa saja setelah agenda politik, tapi masyarakat dibawah masih terdampak polarisasi," imbuhnya.

Ia mencontohkan, sangat jarang koalisi partai pengusung presiden yang jumlahnya sama dengan koalisi partai politik pendukung presiden terpilih di parlemen. Faktanya, koalisi partai politik pendukung presiden terpilih akan bertambah lebih banyak dari sebelumnya, pasca terpilih.

Artinya, presiden terpilih mendapatkan dukungan dari partai pendukung calon presiden yang kalah dalam kompetisi pilpres. Hal seperti itu wajar dilakukan dalam dunia politik dalam negeri yang begitu dinamis dengan perubahan.

"Ini realitas dalam dunia politik kita yang sangat terbuka dan dinamis," katanya.