HPN 2019 I Monumen Pers Refleksikan Sejarah Pers Nasional

:


Oleh Noor Yanto, Sabtu, 9 Februari 2019 | 13:41 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 580


Surabaya, InfoPublik – Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika  menghadirkan rekaman sejarah perjalanan pers nasional melalui stand Monumen Pers Nasional Solo pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Grand City Surabaya.

Menurut  Kepala Monumen Pers Nasional Solo Widodo Hastjaryo, di sela-sela kegiatan HPN 2019, Sabtu (9/2), Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen IKP yang dipimpinnya ini merupakan refleksi dari perjalanan panjang pers nasional. “Banyak rekaman sejarah pers nasional. Misalnya ada pesan Presiden Soekarno agar wartawan Indonesia  perlu upgrading. Caranya memberi pengetahuan yang luas yang salah satu jalan ialah banyak membaca, banyak membaca, banyak membaca,” kata Widodo mengutip kalimat langsung Sang Bapak Proklamator.

Sejarah pers nasional juga mencatat pidato Presiden Soeharto yang memperingatkan  akan bahaya kebebasan pers. "Menikmati kebebasan demi kebebasan itu sendiri adalah keistimewaan yang tak mampu kita dapatkan," kutip Widodo dari pidato Sang Bapak Pembangunan.

Memasuki era kekinian, lanjutnya, dunia pers dihadapkan pada pesatnya perkembangan teknologi informasi yang membuat semakin tipisnya batasan antara berita dan hoaks. Terutama terkait dengan banjirnya informasi yang diterima masyarakat melalui media sosial. Gempuran informasi hoaks di media sosial berpengaruh pada persepsi masyarakat. Padahal, sebagian besar berita bohong, utamanya yang menyangkut sentimen SARA, berpotensi merusak sendi-sendi kebangsaan.

Widodo lalu mengutip kalimat Dirjen IKP Rosarita Niken Widiastuti yang mengatakan  perlunya dilakukan literasi media. “Literasi media untuk menciptakan warganet cerdas dan bijak dalam memilah informasi. Kaitannya semua ini dengan momentum HPN adalah insan pers harus cerdas dan selalu upgrade diri, namun kebebasannya jangan sampai menjerumuskan ke hal yang tanpa batas seperti hoaks yang bisa merusak sendi kebangsaan,” pungkasnya.