Peringati HANI, BNN dan UNODC Luncurkan World Drug Report 2018

:


Oleh Jhon Rico, Rabu, 27 Juni 2018 | 06:43 WIB - Redaktur: Juli - 518


Jakarta, InfoPublik - Peringati hari anti narkotika internasional (HANI) 2018, UNODC dan BNN gelar pertemuan bersama beberapa perwakilan kedutaan besar negara sahabat, di BNN Jakarta, Selasa (26/6).

Pertemuan tersebut salah satunya menyampaikan world drug report 2018 oleh Country Manager UNODC untuk Indonesia Collie F. Brown yang  didampingi oleh Deputi Bidang Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami. Hadir dalam pertemuan tersebut beberapa perwakilan kedutaan besar negara sahabat, seperti Australia, Belanda, Amerika, dan lainnya.

Dalam peretemuan tersebut Collie mengemukakan temuan World Drug Report pada tahun ini yang menunjukkan bahwa pasar obat-obatan terlarang atau narkotika telah semakin meluas dengan produksi kokain dan opium yang mencapai rekor tertinggi pada tingkat global. Sementara itu, pada saat yang bersamaan berbagai obat-obatan terlarang dan campurannya yang lebih dikenal dengan new psychoactive substances (NPS) atau zat psikoaktif baru terus berkembang dan menyebar.

Selain jenis narkotika di atas, methamphetamine atau sabu menurut Collie dalam paparannya juga telah beredar semakin luas, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Beberapa negara di wilayah tersebut menunjukan data yang mengejutkan beradasarkan pada 2017 dan hanya dalam beberapa bulan pada 2018 penyelundupan dan penyalahgunaan sabu meningkat secara signifikan termasuk diantaranya di negara Australia, Jepang, Selandia Baru, Malaysia, dan Indonesia.  

Hal tersebut senada dengan data penyalahguna yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia yang diungkapkan oleh Deputi Rehabilitasi BNN Diah Setia Utami pada pertemuan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian BNN bersama Puslitkes UI 2017 data penyalahguna di Indonesia tercatat mencapai 3.3 juta jiwa dengan rentang usia 10-59 tahun. Total barang bukti narkotika yang disita oleh BNN pada 2017 pun meningkat khususnya jenis sabu, dimana pada 2016 BNN menyita sebanyak 1,016 ton sementara pada 2017 BNN telah menyita sebanyak 1,144 ton sabu. 

Dalam paparannya Diah juga menyebut bahwa di Indonesia telah banyak ditemukan clandestine lab atau produksi sabu rumahan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan demand terhadap narkotika yang terus meningkat. 

“Peredaran dan penyalahgunaan tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi juga di pelosok wilayah Indonesia” ungkap Diah. 

Salah satu perwakilan dari kedutaan yang hadir dalam pertemuan tersebut pun mempertanyakan posisi Indonesia saat ini, apakah Indonesia menjadi korban dari peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika atau justu pada saat ini posisi Indonesia telah berubah menjadi produsen.

Menanggapi pertanyaan tersebut, baik Deputi Bidang Rehabilitasi BNN maupun Country Manager UNODC untuk Indonesia pun sepakat bahwa sampai dengan saat ini Indonesia masih merupakan pasar dan tempat transit bagi peredaran narkotika jaringan internasional. 

Keduanya juga menambahkan diperlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk dapat menekan peredaran dan penyalahgunaan narkotika, karena narkotika merupakan masalah yang kompleks yang saat ini tidak hanya menjadi masalah kejahatan, tetapi juga menjadi permasalahan sosial.

“Saya ingin menekankan pentingnya kerja sama regional dan inter-regional, serta pentingnya memiliki kerangka kerja strategis responsif dengan membidik target bagi mereka yang menjalankan bisnis narkoba,” pungkas Collie.