Adhyaksa : Pramuka Akan Membawa Kejayaan Bangsa

:


Oleh lsma, Senin, 14 Agustus 2017 | 09:35 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 392


Jakarta, InfoPublik - Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault mengatakan bahwa Pramuka Indonesia saat ini adalah sebuah generasi yang akan membawa kejayaan bangsa dan Negara.

“Tema raimuna kali ini adalah “Pramuka untuk Masa Depan Indonesia”, dimana usia peserta maupun panitia Raimuna Nasional adalah 16-25 tahun. Dalam ajang ini, mereka dipersiapkan untuk menjadi generasi terbaik yang akan membawa kejayaan bangsa,” kata Adhyaksa Dault dalam upacara Peringatan Hari Pramuka dan pembukaan Raimuna Nasional XI Gerakan Pramuka 2017 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Senin (14/8).

Adhyaksa menambahkan, dua puluh tahun lagi mereka akan berusia 36-45 tahun. Saat itulah, di tahun 2037 dan seterusnya, jika masih diberikan kesempatan hidup, masyarakat akan melihat kejayaan Indonesia.

Adhyaksa optimistis perjuangan jangka panjang ini berhasil, setidaknya karena tiga alasan. Pertama, karena peserta Raimuna adalah Pramuka pilihan yang telah melewati berbagai seleksi. Kedua, mereka ditempa dan digembleng dengan kegiatan yang membuat mereka mampu bertahan di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Ketiga, mereka punya motto hidup “Ikhlas bhakti bina bangsa berbudi bawa laksana’.

Menurutnya, Pramuka adalah anak-anak muda yang tidak pernah absen bergotong-royong bersama warga di kampung-kampung.  

“Selama jantung anggota Gerakan Pramuka masih berdetak, selama itu pula Indonesia tak akan retak. Kalau pun Indonesia retak, maka merekalah perekatnya. Hal ini sesuai himne Pramuka, yaitu kami Pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Kami jadi pandumu,” tegas Adhyaksa.

Adhyaksa berpesan agar para peserta Raimuna Nasional melakukan enam hal. Pertama, mengikuti semua aturan yang ada di Bumi perkemahan, tidak buang sampah sembarangan, dan tidak merokok di Bumi Perkemahan ini.

“Hormati dengan sungguh-sungguh siapa pun yang ditemui dengan ucapan dan tindakan yang baik dan benar. Anak Pramuka harus percaya diri, wajib hormat pada siapa pun, utamanya kepada orang tua, guru, pembina, termasuk kepada seluruh panitia, meskipun usianya sama dengan kalian,” jelas Adhyaksa.

Kedua, lanjut Adhyaksa, jangan sampai anak Pramuka tidak tahu ketika ditanya tentang daerah asalnya, seperti jumlah penduduk, budaya, sejarah, dan lain-lan.

“Di Raimuna Nasional inilah kita memperdalam wawasan lokal, nasional bahkan internasional. Pelajari kembali tentang budaya dan sejarah daerah kalian masing-masing, ceritakan kepada teman-teman baru kalian di Raimuna Nasional. Jadikan ajang ini sebagai pertukaran budaya, ilmu dan informasi,” lanjut dia.

Ketiga, hendaknya peserta Raimuna Nasional membangun jaringan. Sebab salah satu manfaat mengikut perkemahan, terang Adhyaksa, adalah untuk membangun jaringan. Peserta diharapkan tidak hanya berteman dan berfoto ria dengan teman satu daerah saja, melainkan mencari teman sebanyak-banyaknya.

“20 tahun kemudian bisa jadi kenalan adik-adik itu akan bertemu kembali di forum-forum internasional. Pulanglah ke daerah masing-masing dengan membawa informasi, inspirasi, dan jaringan,” tegas dia.

Keempat, menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing dan tidak meninggalkan ibadah. Dia meminta agar peserta selalu mengingat Dasa Darma dan Tri Satya Pramuka. “Ingat kata Bung Karno, Indonesia adalah negara yang bertuhan,” tegasnya.

Kelima, hendaknya peserta Raimuna menyampaikan pesan-pesan dari kegiatan ini di media sosial masing-masing dengan tagar #RainasPramuka2017. Pesan yang disampaikan bisa berupa foto, tulisan, video, poster, dll.  

“Ingat, setiap Pramuka adalah kantor berita. Hafalkan juga 10 tugas Pramuka di media sosial. Pesan persatuan, kebinekaan, jiwa muda, kreatif, inovatif, berkarakter harus muncul dalam apa yang kalian posting di media sosial,” tandas Adhyaksa.

Keenam, mempersiapkan diri sejak sekarang untuk menjadi pemimpin. Adhyaksa meyakini, di antara peserta Raimuna ada menjadi orang besar, pengusaha, bupati, walikota, gubernur, jenderal, menteri bahkan Presiden Republik Indonesia.

“Jika jadi pejabat, jadilah pejabat yang melayani, yang rendah hati. Ojo dumeh, ojo nyleneh, ojo ngresulo, ojo suloyo (jangan sombong, jangan aneh-aneh, jangan mengeluh, dan jangan loyo). Jadilah orang besar pada hakikat, bukan orang besar pada jabatan yang ketika jabatannya hilang, maka hilang pula rasa sayang dan hormat orang lain padanya,” tegas dia.