Pemerintah Harap Centre of Excellence Bisa Terealisasi untuk Atasi Masalah Iklim

: Balai Teknik Sabo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta/ Foto: Akun Youtube Resmi Balai Teknik Sabo PUPR


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 24 April 2024 | 11:53 WIB - Redaktur: Untung S - 213


Jakarta, InfoPublik – Pemerintah Indonesia mengharapkan pembentukan pusat keunggulan untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE) dapat terealisasi setelah World Water Forum ke-10.

“Kami harapkan, tidak terlalu lama sesudah WWF, mungkin setahun setelah WWF, Centre of Excellence ini sudah terwujud,” ujar Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Selasa (23/4/2024).

Sebagai informasi, Indonesia mengusulkan pendirian Centre of Excellence on Water and Climate Resilience pada World Water Forum ke-10 di Bali dengan tujuan untuk menghadapi masalah tata kelola air akibat perubahan iklim.

Centre of Excellence (COE) itu adalah jawaban dari tantangan iklim yang kita hadapi sekarang di dunia,” ujar Endra dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Rabu (24/4/2024).

Staf PUPR Endra juga mengatakan bahwa dalam pendirian COE itu, Indonesia akan menyasar penguatan kerja sama Selatan-Selatan atau South-South Cooperation (SSC) dengan keberadaan Sabo Training Center yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta agar menjadi bagian dari COE ke depan.

Endra mengatakan bahwa negara-negara Selatan yang memiliki masalah terkait banjir, sedimen akibat erupsi yang merusak sungai, dan masalah pengelolaan air lainnya akan saling mengedukasi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman untuk mencari solusi terbaik yang dapat diimplementasikan.

Melalui pengembangan Sabo, Endra meyakini Yogyakarta akan menjadi tempat belajar yang baik bagi negara-negara Selatan dalam tata kelola air dan ketahanan iklim di negara mereka.

Sebagaimana yang diketahui, dalam World Water Forum ke-10 ini akan fokus membahas empat hal, yakni konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).

Dengan adanya 244 sesi dalam forum tersebut, diharapkan dapat memberikan hasil konkret mengenai pengarusutamaan pengelolaan air terpadu untuk pulau-pulau kecil atau Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands, pembentukan pusat keunggulan  untuk ketahanan air dan iklim atau Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), serta penetapan Hari Danau Sedunia.

Pemerintah Indonesia sendiri mengundang 43 duta besar dan 4 organisasi internasional untuk turut berpartisipasi dan menyukseskan World Water Forum ke-10 yang akan digelar di Bali pada 18–25 Mei 2024.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Minggu, 5 Mei 2024 | 22:26 WIB
PUPR Percepat Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Sabtu, 4 Mei 2024 | 17:45 WIB
Kebijakan Zero Delta Q Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-1
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 16:03 WIB
Bendungan Tiu di NTB Mampu Tampung 60,8 Juta Meter Kubik Air
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 13:56 WIB
Presiden Resmikan 5 Ruas Inpres Jalan Daerah Sepanjang 40,6 km di NTB
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 10:17 WIB
Sudah 81 Persen, Bendungan Meninting di NTB Ditargetkan Selesai Agustus 2024
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 09:07 WIB
Masjid Istiqlal, Ajari Pola Hidup Hemat Air dari Rumah Ibadah