Kemenperin Siapkan SDM Kompeten Hadapi Era Industri 4.0

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 5 Desember 2018 | 08:47 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 282


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama Yayasan Upaya Indonesia Damai atau United in Diversity (UID) dan Tsinghua University kerjasama menyiapkan sumber daya manusia (SDM) kompeten dalam menghadapi perkembangan era industri 4.0.

Kerjasama dilakukan melalui pelenggarakan program pendidikan dan pelatihan Collective Creative Learning and Action for Sustainable Solution (Co-CLASS) dengan tema "The Fourth Industrial Revolution System Transformation".

“Mewujudkan visi Making Indonesia 4.0, pengembangan ekosistem industri 4.0 sangatlah penting. Program diklat ini telah berhasil menyatukan visi berbagai pemangku kepentingan sehingga membuka ruang inovasi dan kolaborasi yang lebih nyata,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada program Co-CLASS angkatan pertama di Jakarta, Selasa (4/12).

Dijelaskannya, selain perlu penguasaan teknologi, SDM terampil juga berperan penting dalam upaya menyukseskan implementasi industri 4.0 karena melalui wawasan dan pengetahuan, akan dapat memahami peluang serta mampu menghadapi tantangan saat ini serta menjadi agen perubahan dalam mentransformasi ke arah ekonomi digital.

“Soft skills dalam hal pengembangan kemampuan pribadi dan kepemimpinan juga diperlukan untuk dapat mengambil keuntungan dari penerapan industri 4.0. Maka itu, materi program Co-CLASS memang dititik beratkan pada peningkatan kapasitas SDM dalam bidang inovasi dan entrepreneurship leadership untuk industri 4.0. Ini menjadi prototipe dan perlu dilanjutkan,” ujarrnya.

Salah satu langkah prioritas dan menjadi kunci implementasi dari peta jalan Making Indonesia 4.0 adalah membangun SDM berkualitas. Indonesia akan menikmati dominasi jumlah penduduk usia produktif pada 10 tahun ke depan. Bonus demografi ini diyakini dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dalam menghadapi industri 4.0, China fokus dengan kecepatan, Jerman pada teknologi, serta Jepang dan Korea melalui skill. Sedangkan, Indonesia lebih memilih empowering human talents,” tegasnya.

Kemenperin semakin gencar menciptakan SDM kompeten sesuai kebutuhan pasar kerja saat ini melalui pelaksanaan pendidikan vokasi dari jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hingga tingkat Politeknik yang mengsung konsep link and match dengan industri.

“Kami punya 9 SMK, 10 Politeknik, dan Akademi Komunitas yang telah menggunakan dual system, yakni 30 persen teori dan 70 persen praktik. Hampir semua lulusannya terserap kerja sebelum wisuda. Untuk itu, Co-CLASS ini juga bisa menjadi contoh dalam mencetak SDM yang literate dengan ekonomi digital,” imbuhnya.

Berdasarkan survei McKinsey, peluang ekonomi digital akan meningkatkan nilai tambah terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 200 miliar dollar AS pada tahun 2030.

Selain itu, dengan implementasi industri 4.0, diyakini pula mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2 persen.

“Aspirasi besar Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” ungkap Menperin.

Sasaran tersebut, bisa tercapai dengan peningkatan kembali neto ekspor sebesar 10 persen, produktivitas naik dua kali lipat, dan anggaran riset mencapai dua persen dari PDB.