Kementan Canangkan Diversifikasi Pangan Guna Turunkan Konsumsi Beras

:


Oleh Baheramsyah, Rabu, 25 Oktober 2017 | 03:51 WIB - Redaktur: Juli - 371


Jakarta, InfoPublik - Guna menurunkan angka konsumsi pangan pokok seperti beras hingga terigu, Kementerian Pertanian (Kementan) mencanangkan kembali program diversifikasi pangan berbasis pangan lokal guna  mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menjelaskan, program diversifikasi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu. Namun, pengganti beras dan terigu tersebut harus bersumber dari komoditas lokal bernutrisi, bergizi dan aman untuk dikonsumsi.

"Programnya berkelanjutan dan mulai di gerakan kembali pada tahun 2018, selama ini hanya kampanye saja," ujar Agung  dalam acara talkshow diversifikasi pangan di Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta, Selasa (24/10).

Agung menjelaskan, beberapa komoditas lokal yang berpotensi mengkonversi beras dan terigu bersumber dari aneka umbi umbian seperti gembili, ganyong dan garut sementara dari golongan serealia terdapat sagu, sorgum dan jagung.

“Roadmapnya pun telah disiapkan. Dalam waktu dekat, diversifikasi pangan ditargetkan terlaksana di 16 provinsi. Provinsi tersebut memiliki potensi pangan lokal sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Dengan begitu, komoditas lokal tersebut akan kembali diangkat menjadi pangan pokok. Contohnya Nusa Tenggara Timur dengan jagung dan wilayah timur dengan komoditas sagu,” katanya.

Agung menambahkan, selain mendorong pengembangan komoditas bahan pangan selain beras, pihaknya juga akan mengembangkan dari sisi pengolahan. Sebab selama ini mulai dari petani hingga industri rumahan hanya sebatas produksi dan belum melihat lebih jauh seperti cita rasa, hingga kemasan produk.

"Diversifikasi akan memulai dari pengolahan, artinya mulai dari bentuk olahan seperti apa yang tentu kriterianya ada dua, pertama masalah rasa, yang kedua tentu masalah harga, kami upayakan, inovasi yang kami lalukan mampu pula menenkan biaya produksi," ujar Agung.

Dikesempatan yang sama Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron mengatakan, butuh waktu untuk mewujudkan diversifikasi pangan secara menyeluruh. Sebab, masyarakat perlu membudidayakan komoditas lokal dan membudayakan kembali konsumsi terhadap komoditas lain.

Diversifikasi selain untuk mengkonversi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras sebagai pangan pokok, juga memiliki manfaat lain yakni peningkatan ekspor. Ia menambahkan, berdasarkan hitungan sederhana, jika masyarakat bisa dalam satu waktu makan setiap harinya tidak mengkonsumsi nasi (asumsi makan tiga kali sehari), akan ada penghematan sebesar 10 juta ton dalam setahun.

"Artinya sekarang sudah surplus 10 juta ton kita bisa punya persediaan 20 juta ton. Ini bisa jadi eksportir terbesar di dunia karena kita bisa konversi terhadap bahan pangan lain," ujarnya.