Menperin: Produksi Baja Perlu Dioptimalkan

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 24 Mei 2017 | 09:47 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 371


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, industri baja dalam negeri perlu diarahkan pada pengembangan produk khusus bernilai tambah tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri pengguna baja seperti sektor otomotif, perkapalan, maupun perkeretaapian yang sebagian besar masih diimpor.

“Pertumbuhan industri pengguna baja di Indonesia terbilang cukup baik. Contohnya, industri otomotif, yang diproyeksikan pada tahun 2025 akan memproduksi 3 juta unit mobil sehingga membutuhkan sebanyak 1,8 juta ton baja otomotif,” kata Airlangga saat acara Indonesia Steel Conference 2017 di Jakarta, Selasa (23/5).

Menurutnya, selain untuk kebutuhan produksi, baja juga dibutuhkan sebagai komponen utama dalam sektor infrastruktur secara luas yang meliputi bangunan dan properti, jalan dan jembatan, telekomunikasi, serta ketenagalistrikan.

“Industri baja disebut sebagai mother of industry karena menjadi induk atau tulang punggung bagi kegiatan sektor lainnya,” ujarnya.

Seperti diketahui, pada tahun 2017, tercatat anggaran belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp387,3 triliun atau meningkat 80 persen dibandingkan alokasi tahun lalu. Hal ini merupakan peluang bagi industri baja dalam negeri dapat terus tumbuh dan berkembang untuk ke depannya.

“Kebutuhan crude steel (baja kasar) nasional yang saat ini sudah mencapai 14 juta ton, namun industri baja dalam negeri baru mampu memproduksi 8 juta ton. Oleh karenanya, kami mendorong peningkatan kapasitas produksi industri baja nasional,” jelasnya.

Melalui berbagai instrumen kebijakan, Pemerintah telah berupaya melindungi dan memajukan industri baja di dalam negeri, antara lain dengan pemberian insentif berupa tax holiday, tax allowance, dan masterlist barang modal atau pembebasan bea masuk atas bea masuk masterlist.

Disamping itu, Kementerian Perindustrian juga memiliki program pembangunan kawasan industri berbasis baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah. Pembentukan Politeknik di Batulicin dan Morowali untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri baja. Bahkan, Kemenperin mendukung sepenuhnya program produksi 10 juta ton di klaster industri baja, Cilegon, Banten.

“Dengan adanya klaster 10 Juta ton ini yang nilai investasinya mencapai USD4 miliar, diharapkan dapat memberikan multiplier effect melalui penciptaan lapangan pekerjaan, pemenuhan bahan baku industri dalam negeri, dan memberikan manfaat kepada perekonomian nasional khususnya Banten,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, industri baja hulu merupakan akar dari pohon industri sehingga sangat diapresiasi apabila ada investor yang menanamkan modalnya di sektor tersebut. Lembong berharap kepada Posco sebagai salah satu investor agar mempercepat realisasi investasi penghiliran industri baja di Cilegon, Banten.

“Mencari mitra seperti posco tidak mudah, karena perusahaan baja asal Korea ini cukup terkemuka, profitable, fokus ke high end product sehingga tidak tergantung dengan produk low end. Kita perlu belajar dari keahlian seperti itu,” jelasnya.