Industri TPT Jadi Prioritas Pengembangan

:


Oleh Wawan Budiyanto, Sabtu, 8 April 2017 | 17:12 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 727


Jakarta, InfoPublik - Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) jadi prioritas pengembangan karena merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor yang mampu berdaya saing di pasar global serta menjadi salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.

“Industri TPT dapat menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja, hingga saat ini mencapai tiga juta orang,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi yang diterima Infopublik, Sabtu (8/4), saat mengunjungi pabrik produsen jas terbesar di ASEAN, PT. Daese Garmin di Bandung, Jawa Barat.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Kemenperin, nilai investasi industri TPT tahun 2016 mencapai Rp7,54 triliun dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai ekspor sebesar USD11,87 miliar dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Kemenperin telah melakukan pemetaan atas paket kebijakan ekonomi yang dinilai masih belum terealisasi guna mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur nasional, termasuk industri TPT. 

Kemenperin juga tengah menggodok regulasi khusus untuk industri padat karya berorientasi ekspor, di mana akan mengatur tentang pemberian insentif fiskal berupa investment allowance. 

“Jadi, pelaku usaha akan mendapatkan diskon PPh yang harus dialokasikan untuk ekspansi usaha,” katanya.

Selain itu, Kemenperin juga sedang memacu kualitas produk industri TPT nasional agar mampu bersaing dengan kompetitor dari Bangladesh dan Vietnam. Indonesia memiliki potensi untuk unggul karena sektor ini telah terintegrasi dari hulu sampai hilir.

“Terkait perluasan pasar ekspor, kami juga mendorong untuk membangun perjanjian yang komprehensif dengan Eropa dan bilateral dengan Amerika Serikat agar bisa mendapat keringanan tarif yang lebih baik. Termasuk juga dengan industri kecil, kami akan fasilitasi untuk meningkatkan ekspor,” ujarnya.

Menurut Airlangga, fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah ada beberapa industri TPT yang memindahkan lokasi pabriknya dari Jawa Barat ke daerah lainnya terutama prioritas ke Jawa Tengah. Ia menilai ini bukan tolak ukur bahwa provinsi dengan ibukota Bandung ini sudah kurang menarik sebagai basis industri TPT.

“Perlu dinilai bahwa kepindahan tersebut karena faktor ekspansi dan mendekati kepada potensi dengan tujuan pemerataan investasi,” tegasnya.

Airlangga berharap, para pelaku industri di Jawa Barat tetap serius mengembangkan usahanya karena daerah ini masih lebih unggul dalam hal menghadapi berbagai tantangan karena telah lebih dahulu keberadaan industrinya.

Seperti diketahui, PT. Daese Garmin sendiri, telah berdiri sejak 15 Maret 1988 di bawah Metro Group sebagai produsen dengan merk-merk global seperti Mark & Spencer, Calvin Klein, Hugo Boss dan Ralph Lauren. Penyerapan tenaga kerja di PT. Daese Garmin sekitar 6.000 orang yang tergabung dalam jumlah karyawan Metro Group sebanyak 16 ribu orang.

Produk yang dihasilkan perusahaan ini secara keseluruhan dipasarkan ke luar negeri. Tahun 2016, negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat (85 persen), Eropa (5 persen), serta Jepang dan Korea (10 persen). Kapasitas produksinya mencapai 400 ribu pasang jas dan celana per bulan.