Taspen Optimalkan Penyertaan Investasi Langsung Pada Tahun 2017

:


Oleh Amrln, Minggu, 19 Februari 2017 | 15:31 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Direktur Investasi PT TASPEN (Persero) Iman Firmansyah mengatakan pada tahun 2017 strategi Taspen mengarah ke peningkatan investasi dan menggenjot penerimaan deviden. Untuk itu, PT Taspen (Persero) akan terus melakukan optimalisasi terhadap direct investment atau penyertaan investasi langsung.

"Keseriusan Taspen untuk meningkatkan kontribusi direct investment adalah dengan membentuk sebuah divisi Tim Investasi Equity untuk mempercepat peningkatan pendapatan dari investasi langsung sejak tahun 2016 lalu," kata Iman di Jakarta, Minggu (19/2).

Iman mengungkapkan, investasi langsung PT Taspen hingga saat ini dilakukan di sektor jasa keuangan maupun sektor infrastruktur. Untuk di sektor jasa keuangan Taspen memiliki 40% saham di Bank Mantap dan di Taspen Life sekitr 99,9%. Untuk di sektor infrastruktur, penyertaan investasi langsung dengan mendapatkan 16,6% saham di PT Waskita Toll Road.

Iman menilai, penyertaan investasi langsung yang dilakukan perseroan memang belum optimum. Hal ini dikarenakan regulasi yang ada memberikan kesempatan kepada PT Taspen untuk melakukan direct investment maksimal 10% dari dana kelolaan.

Di sisi lain, lanjutnya, PT Taspen juga terus menganalisa proyek-proyek apa saja yang bisa dimasuki oleh investasi Taspen, tentunya yang sesuai dengan tujuan investasi Taspen.

Tujuan investasi Taspen itu, pertama, dalam jangka pendek investasi itu harus bisa menutupi target hasil investasi yang ditetapkan oleh pemegang saham. Kedua, dalam jangka panjang dia harus mampu memenuhi kewajiban memberikan manfaat polis kepada para peserta.

"Saat ini investasi dari program Dana Pensiun itu baru sekitar 2% masih, dari Program Tunjangan Hari Tua (THT) kira-kira masih 1%, jadi belum optimum tuh, makanya kita sekali lagi , untuk mengoptimumkannya, salah satu cara adalah degan menunggu list dari PINA (Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah),  nah, kita mau seleksi, apakah ada project-project yang sesuai dengan tujuan investasi Taspen di dalam list PINA," jelasnya.

Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) merupakan  skema baru untuk membiayaai proyek infrastruktur dan menjadi salah satu upaya menggenjot pembangunan infrastruktur di tanah air. Selama ini, infrastruktur di Indonesia banyak terkendala dalam pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Prioritas proyek yang dipilih untuk didanai dengan skema PINA harus memiliki empat kriteria, yakni mendukung percepatan target prioritas pembangunan nasional, memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia, memiliki keyakan komersial dan memenuhi kriteria kesiapan.

Iman memaparkan, saat ini perseroan mengelola empat program, tapi hanya dua program besar yang bisa melakukan penyertaan investasi langsung. Kedua program ini adalah Program Tabungan Hari Tua (THT) dan Program Dana Pensiun. Masing-masing regulasinya mengatur memperkenankan kepada dua program ini untuk melakukan direct investment sebesar 10% dari total investasi program.

"Program THT baru sekitar 1%, berarti masih ada peluang untuk menambah 9%, Dana Pensiun baru 2% masih bisa tambah 8%, sedangkan total kelolaan Program Dana Pensiun Rp95 triliun, dan Program THT Rp75 triliun," ujarnya.

Menurut Iman, dalam memenuhi direct investment sebesar 10% itu, tentunya  sangat tergantung dari ketersedian proyek yang ada, tentunya kita akan seleksi nanti proyek-proyek yang sesuai dengan kebutuhan investasi, baik di sektor infrastruktur seperti Power Plan dan jalan tol, maupun di sektor jasa keuangan, dan properti.

Ke depan, lanjut Iman, tentunya PT Taspen masih menunggu daftar perusahaan yang telah disampaikan tim PINA, yang diperkirakan berisi 1.060 daftar perusahaan.

"Katanya, kan mereka (tim PINA) punya list, tadi dikemukakan ada 1.060 daftar perusahaan yang bisa di-PINA-kan, nah kita mau seleksi dari 1.060 perusahaan itu,  kalau ada yang bagus perusahaannya juga prospeknya bagus, nah kemudian dia juga sudah bisa menghasilkan cash-in dalam jangka pendek tentunya menjadi pertimbangan kita untuk kita bisa tambah direct investment-nya," kata Iman.

Sebagai contoh, Taspen melakukan direct investment di PT Waskita Toll Road. Waskita ini punya beberapa ruas, sekarang ini mereka kuasai 16 ruas tol, dan beberapa ruas sudah bisa menghasilkan, tentunya ini sesuai dengan tujuan investasi Taspen.

"Untuk sektor lainnya, seperti power plan tentunya kita akan lihat karena kita berminat, kalau ada penawaran menarik sesuai dengan tujuan investasi dan target hasilnya masuk dalam kebutuhan kita, kita pasti akan masuk, kemudian di perkebunan sawit lagi pelajari dan analisis , di properti, properti ini kan sekarang sedang lesu jadi kita mengkaji lagi,  kira-kira berapa lama lagi properti bisa bangun dari "tidurnya"," jelas Iman.

Ia menegaskan,  PT Taspen (Persero) pada tahun 2017 optimistis rasio imbal hasil atau "yield on investment" (YOI) atas investasi mencapai sekitar 10,8%. Selama tahun 2017 Taspen akan menempatkan dana investasi pada obligasi korporasi dan surat utang negara (SUN) sebesar 60-70 persen, deposito 10-20 persen, sisanya ke direct investment.