Kemenkes Imbau Jemaah Haji Waspada Heatstroke

:


Oleh Putri, Kamis, 4 Juli 2019 | 09:21 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kementeriam Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Eka Jusup Singka meminta jemaah haji agar mewaspadai Heatsroke dan diimbau hindari dehidrasi dengan perbanyak minum air putih.

Melalui keterangan resmi kepada InfoPublik Rabu (3/7) Eka mengatakan heatstroke terjadi karena kekurangan asupan air (kurang minum), cairan tubuh menguap, keluar banyak keringat, sampai kandungan air dalam darah itu kering.

“Akhirnya, darah tidak mengalir sampai ke kepala sehingga terjadilah heatstroke. Kalau di Indonesia kasus heatstroke gak ada, dokter di Indonesia gak pernah lihat adanya heatstroke, ada di sana (Arab Saudi),” kata Eka.

Akibat paling fatal dari heatstroke adalah meninggal dunia. Eka menambahkan seseorang meninggal karena heatstroke dinamakan total organ failure, seperti gagal ginjal, gagal jantung, dan gagal otak. Korban tidak bisa melakukan apapun.

Suhu di Arab Saudi, menurut informasi yang didapat dr. Eka Senin (1/7) mencapai 46 derajat celcius bisa mencapai suhu tertinggi 50 derajat celcius. Jika jemaah haji proaktif pakai payung, perbanyak minum air putih, tidak ada masalah. Yang harus dikendalikan dari suhu setinggi itu adalah kitanya.

Kasus heatstroke pada jemaah haji Indonesia pertama muncul pada 2015, namun hingga saat ini tidak ada kasus kematian. Pemerintah dalam hal ini Kemenkes terus berupaya memaksimalkan pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi kepada jemaah haji.

Untuk mencegah heatstroke, termasuk mencegah terjadinya berbagai penyakit pada jemaah haji, Kemenkes membentuk Tim Promotif Preventif (TPP) yang disiagakan di Arab Saudi. “Artinya jemaah haji begitu di asrama haji sudah diinformasikan tentang bagaimana mencegah serangan penyakit, di Saudi juga diinformasikan seperti itu,” kata Eka.

Menurut Eka, jemaah haji Indonesia masih perlu penguatan pengetahuan tentang ilmu kesehatan, bagaimana kesehatan mempengaruhi ibadah, begitupun sebaliknya, ibadah mempengaruhi kesehatan. Selain itu, penguatan sumber daya manusia (SDM) kesehatan pun perlu dilakukan agar menjadi SDM yang berkualitas.