Bangga Begitu Dekat dengan Atlet Dunia

:


Oleh Gusti Andry, Senin, 20 Agustus 2018 | 00:11 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 474


Bandung, InfoPublik - Berada begitu dekat dengan atlet kelas dunia merupakan pengalaman baru yang luar biasa. Sayangnya, tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengabadikan pengalaman itu.
“Lihat atlet dekat banget, tapi ga bisa ngapain-ngapain. Kami dilarang foto-foto,” seloroh Ciska, relawan yang bertugas dalam tim pembawa bendera atau flag bearer.
Kepada InfoPublik, Minggu (19/8) malam, mahasiswi asal Universitas Sebelas Maret Solo ini, sumringah berkisah. Bangga sudah pasti, bahkan akunya, pengalaman menjadi bagian dari perhelatan olahraga terbesar di Asia ini jauh lebih penting ketimbang uang saku yang tak seberapa mereka terima.
Pun demikian dengan Griya, bertugas membawa bendera negara dari setiap kesebelasan yang bertanding di Stadion Jalak Harupat, membuat mereka sangat dekat dengan para atlet. “Tugas kami mempersiapkan segala hal selama masa pertandingan berlangsung, misalnya termasuk kami bantu bawa barang mereka atau memenuhi kebutuhan logistik,” jelasnya.
Dari kontrak yang disepakati para relawan, terhitung mereka aktif sejak tanggal 10 Agustus 2018. Tugas yang diemban praktis akan selesai pada 20 Agustus 2018, seiring berakhirnya babak penyisihan group di Stadion Jalak Harupat.
Uniknya, para relawan ini baru saling mengenal satu sama lain sejak tanggal 10 Agustus itu. Tapi, keakraban langsung terjalin. Mereka pun tak soal harus patungan membayar kontrakan. “Kami yang tergabung di Field of Play Divisi Sport ada 20 orang. Kami berasal dari berbagai daerah,” kata Afifah, mahasiswi semester akhir di Universitas Negeri Yogyakarta.
Baginya, terbangunnya sebuah keluarga baru dalam satu rumah kontrak, memberi kesan luar biasa. Mereka memasak bersama, pergi pulang bersama dari dan ke Stadion Jalak Harupat yang memakan waktu tempuh sekitar 10 menit jalan kaki dari rumah kontrakan.
Demi menghemat ongkos, sesekali mereka menumpang mobil polisi kalau pas kebetulan ada yang lewat di pagi hari saat berangkat atau malam usai pertandingan.
Perkara tugas mereka melayani sebagai liason officer, tentu ada saja ulah sejumlah atlet yang agak berlebihan. Semisal meminta tambahan es untuk mereka berendam usai bertanding. Atau, ada juga salah satu tim yang meminta tambahan kursi di ruang ganti. “Padahal sudah disediakan kursi yang cukup, tapi kadang ada tim yang memiliki pelatih dan asisten pelatih beberapa orang, sehingga yang telah disediakan masih saja kurang,” jelas Indri, dari Universitas Islam Negeri Jakarta
Tapi terlepas dari ragam suka dan duka, timpal Alfi, harapan mereka usai Asian Games 2018 ini, Indonesia bisa menunjukkan mampu menjadi tuan rumah yang baik. “Semoga Indonesia bisa banyak gondol medali dan Indonesia makin terkenal,” ujar mojang yang masih studi di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini.