Kewirausahaan dan Digitalisasi Pertanian Angkat Kesejahteraan Petani

:


Oleh Baheramsyah, Senin, 9 Juli 2018 | 18:00 WIB - Redaktur: Juli - 597


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah terus berupaya mendorong kesejahteraan petani, salah satunya melalui kewirausahaan pertanian serta digitalisasi pertanian. Program kewirausahaan pertanian buat petani menjadi pemilik bersama atas entitas bisnis, sehingga memberikan keuntungan maksimal bagi para petani.

Kementerian BUMN yang didukung sejumlah perusahaan negara berkomitmen untuk mengangkat kesejahteraan petani lewat program ini. Program ini diimplementasikan di sembilan kabupaten di Jawa Barat, yaitu Indramayu, Karawang, Purwakarta, Majalengka, Sumedang, Cianjur, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menjelaskan, program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian ini dapat meningkatkan posisi para petani.

"Dari hanya sebagai penggarap lahan yang tidak memiliki akses pasar dan kendali pada harga produksi menjadi pemilik bersama atas entitas bisnis dengan model bisnis yang memberikan keuntungan maksimal bagi para petani," tutur Wahyu Kuncoro di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Senin (9/7).

Program kewirausahaan dan digitalisasi pertanian ini didukung oleh sinergi sejumlah BUMN, di antaranya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), Bank BTN, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Perum Bulog, RNI, Askrindo, Jasindo, Pertani, Sang Hyang Seri, Pegadaian, Permodalan Nasional Madani (PNM), Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), dan Mitra BUMDes Bersama (MBB).

"Sejauh ini, tahap-tahap awal yang menjadi kunci program kewirausahaan pertanian telah diwujudkan dalam bentuk piloting berupa entitas-entitas bisnis PT Mitra BUMDES Bersama (MBB) berbasis kerja sama komunitas di sebelas kecamatan dalam sembilan kabupaten," ujar Wahyu.

Sebagaimana diketahui, awal Juni 2018 lalu program ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Tercatat, lebih dari 7 ribu petani di Sliyeg telah dilibatkan dalam program ini.

Untuk memungkinkan penyerapan beras petani dengan harga yang baik, MBB Sliyeg telah membangun Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) Sliyeg di desa Majasari lengkap dengan mesin pengering berkapasitas 30 ton per siklus, mesin penggiling berkapasitas 3 ton gabah per jam, dan mesin pengemasan berkapasitas 4 ton beras per jam.

Salah satu arahan Presiden, saat meresmikan program tersebut adalah kewirausahaan pertanian harus memiliki skala yang besar untuk memastikan efektivitas dan nilai tambah bagi petani. Dengan begitu, petani dapat merasakan manfaat nyata dari program tersebut. Apabila berhasil, program ini akan diangkat menjadi program nasional.

Proses edukasi dan sosialisasi sistem digital pertanian akan terus dilakukan dengan baik hingga September 2018 mendatang. Kemudian, pada Oktober dan November diharapkan proses pengalihan pola petani menjual gabah menjadi petani menjual beras sudah bisa terjadi pada panen raya di Sliyeg. Dengan begitu, diharapkan pada 2019, perluasan program kewirausahaan pertanian dan digitalisasi sistem pertanian sudah bisa diimplementasikan ke seluruh kabupaten di Indonesia.

Sementara Direktur Digital & Strategic Portfolio Telkom David Bangun menjelaskan keberadaan Logistik Tani (Logtan) untuk memastikan keterpaduan, validitas, dan akurasi berbagai data pertanian.

"Dengan Logtan, dapat dilakukan pendataan petani, lahan, dan aktivitas pertanian lainnya yang dapat digunakan dalam pemrosesan layanan pertanian seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat), AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi), penyerapan beras, serta pembelian saprotan (sarana produksi pertanian). Informasi yang terekam dalam Logtan telah divalidasi langsung ke lapangan dan dilengkapi dengan dokumen pendukung (foto petani, foto lahan, dokumen KTP, dan dokumen KK)," ujar David.

Nantinya, Telkom juga sedang mengembangkan Logtan agar dapat memprediksi musim panen ke depan, ada berapa banyak produksi panen domestik yang dapat dihasilkan. Sehingga, pada akhirnya berujung pada program ketahanan pangan.

David mengaku optimistis jika program ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani. Digitalisasi sistem Pertanian akan membuat pengelolaan bisnis yang modern dalam Kewirausahaan Pertanian, termasuk pemanfaatan perangkat ERP (Enterprise Resource Planning) dan POS (Point of Sales) oleh petani.

ERP memungkinkan alur pendanaan, bahan baku, produksi, dan sistem pendukung dapat diperbaharui secara cepat dan dipantau secara akurat. Sementara POS akan memudahkan proses penjualan dan pemantauan data-data penjualan. POS telah terintegrasi dengan ERP, sehingga seluruh aktivitas MBB di seluruh Indonesia dapat teragregasi dan termonitor langsung untuk level nasional.