Pemerintah Optimis Target Swasembada Daging Sapi Tercapai

:


Oleh Baheramsyah, Jumat, 13 April 2018 | 23:30 WIB - Redaktur: Juli - 721


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah optimis target swasembada daging sapi pada 2026 akan tercapai dan sudah bisa melakukan ekspor ternak sapi ke berbagai negara, karena Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan pada 2022 populasi sapi bisa mencapai 33 juta ekor, atau dua kali lipat lebih banyak dibandingkan populasi sapi 2017.

Kementan menyampaikan untuk mencapai target tersebut perlu adanya kontribusi dari semua pihak untuk mendukung pertumbuhan industri peternakan. Tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari pihak swasta dan masyarakat peternak.

"Sinergitas dalam upaya mempercepat peningkatan populasi sapi di Indonesia sangat diperlukan untuk mengakselerasi pertumbuhan industri peternakan Indonesia dalam mewujudkan swasembada protein hewani di Indonesia," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita dalam Workshop Sinergitas Peningkatan Populasi sapi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) di Jakarta, Jumat (13/4).

Ketut menyebutkan, secara umum Indonesia masih mengandalkan pasokan impor untuk menutupi kebutuhan daging sapi di kota kota besar terutama untuk wilayah Jabodetabek. Hal ini karena produksi daging sapi lokal masih belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga untuk memenuhi kekurangannya dilakukan impor, baik dalam bentuk sapi bakalan maupun daging. 

“Dengan adanya impor tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan, sementara sapi sapi milik peternak dapat berkembang biak dengan baik, terutama untuk menghindari pengurasan sapi lokal karena meningkatnya permintaan, sehingga menyebabkan adanya pemotongan sapi betina produktif,” ungkap I Ketut.

Menurutnya, untuk mempercepat peningkatan populasi sapi dan kerbau, ada 2 program prioritas Kementan, yaitu melalui Program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) dan penambahan indukan impor.

Untuk program Upsus Siwab merupakan salah satu program pemerintah untuk optimalisasi reproduksi.  Bentuk fasilitasi program ini adalah pemberian pelayanan gratis bagi peternak sapi berupa semen, pelayanan IB (Inseminasi Buatan), pemeriksaan kebuntingan dan pelayanan teknis lainnya. 

"Melalui kegiatan Inseminasi Buatan (IB) penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak,” ujarnya.

Sedangkan untuk program impor, kata Ketut pemerintah berencana mendatangkan  15 ribu ekor sapi indukan impor untuk diberikan kepada Pemerintah Daerah. Program hibah sapi indukan tersebut menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan populasi sapi nasional.

Impor sapi indukan  akan dilakukan lewat skema lelang oleh  Tim Pengawal Pengaman Pemerintah dan Pengadaan (TP4) Kejaksaan RI. Pelaksanaannyaakan dibagi  per 6 wilayah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian. Adapun dana program berasal dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).

Ketut menyatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. “Semua harus berdasarkan prinsip kesejahteraan hewan, jangan sampai ada sapi yang tidak dapat pakan,” kata Ketut.

Untuk menghindari tidak optimalnya program hibah,  Kementan akan memberikan sapi impor kepada Pemerintah Daerah supaya ada program kelanjutan di kabupaten/kota. Contohnya, program wajib penanaman tumbuhan pakan di sekitar peternakan sapi agar kesehatan sapi terjaga dan reproduksinya meningkat.

Hibah juga bakal diawasi oleh tim dari UPT Daerah, sehingga kepala daerah harus memastikan keberhasilan peningkatan populasi sapi. Kementan menargetkan pada 2022  populasi sapi diharapkan bisa mencapai 33 juta ekor, dua kali lipat lebih banyak dibandingkan populasi sapi tahun lalu sebanyak 16,5 juta ekor. “Mudah-mudahan target bisa tercapai,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Fatika menyatakan peningkatan populasi sapi bisa mendorong peningkatan pasokan pakan ternak.  Pada 2017, pasokan pakan tercatat menigkat sebesar 53 persen dibandingkan 2016.

Banyaknya pasokan pakan bisa meredam naiknya harga pakan, membaiknya kualitas pakan sapi, dan data populasi yang meningkat. “Sinergitas program pengadaan indukan sapi akan menjami kepastian suplai dan pergerakan harga yang wajar,” kata Yeka.