Triponyu Startup Pariwisata Asal Solo Jawara UNWTO Award 2018

:


Oleh Untung S, Jumat, 19 Januari 2018 | 11:48 WIB - Redaktur: Juli - 403


Jakarta, InfoPublik – Tinta emas kembali ditorehkan Wonderful Indonesia di ajang 14th UNWTO Awards 2018. Hal itu terjadi setelah startup asal Solo Triponyu.com terpilih menjadi pemenang di kategori Non-Government Innovation.

Penghargaan tersebut diterima langsung pendiri Triponyu Agustinus Adhitya dan Alfonsus Aditya.

Menteri Pariwisata (Menpar) Indonesia, Arief Yahya yang turut hadir di Madrid mengatakan, prestasi Triponyu jadi momentum untuk terus mengibarkan pariwisata Indonesia.

“Apa yang dilakukan Triponyu itu fantastis. Mereka benar-benar jadi inspirasi dunia. Indonesia bangga memiliki anak muda seperti mereka. Prestasi ini menjadi lecutan semangat untuk terus memajukan pariwisata Indonesia,” ujar Arief.

Mendapat penghargaan dunia itu, dikatakan Menpar, sangat penting untuk tiga alasan yang dia sebut sebagai 3C. Yakni pertama Calibration, kedua Confidence, dan ketiga Credibility.

"Bila kita mendapatkan penghargaan, maka self confidence anak bangsa ini naik, selamat kepada Triponyu," ujar Menpar Arief.

Agustinus Adhitya mengatakan ini bukan capaian akhir tapi adalah awal. "Mari kita jadikan pariwisata Indonesia menjadi yang terbaik," katanya saat menerima penghargaan di Madrid, Spanyol, Kamis (18/1).

Pencapaian ini menurutnya menjadi luar biasa. Pasalnya penghargaan tersebut datang dari United Nation World Tourist Organization (UNWTO). Badan dunia milik PBB yang mengurusi pariwisata.

"Kita tidak menyangka bakalan menang. Karena pas lihat saingannya dari Meksiko dan Sumba. Mereka hebat-hebat, sudah banyak mendapatkan penghargaan. Tapi ternyata kita yang mendapat nilai lebih dari pada juri," ujar Adhitya.

Triponyu.com dinilai jeli membaca peluang pesatnya aplikasi teknologi digital oleh masyarakat. Disaat banyak e-commerce bermain jual beli barang, Triponyu justru menawarkan hal lain. Mereka memilih platform bisnis pariwisata. Menjadi jembatan bagi para traveler dengan local guides.

Hasilnya, lapangan pekerjaan pun tercipta, dan disebutkan share transaksi berpihak pada local guides. Mereka mendapat slot 93 persen. Ujungnya masyarakat sejahtera, lalu cagar budaya dan alam lestari.

“Kami punya komitmen besar dan kepercayaan tulus. Hal inilah yang menjadi dasar untuk mengembangkan usaha ini. Secara prinsip kami puas. Tapi, kami tetap menghargai karya-karya lain,” lanjut Adhitya.

Sebagai nominator Non-Government Innovation, Triponyu bersaing dengan 3 kandidat lain. The Sumba Hospitality Foundation pun menjadi rival juga kompatriot. Sama-sama dari Indonesia, Sumba fokus pada aksi sosial. Mereka mengembangkan konsep pendidikan pariwisata berbasis go green. Hasilnya, Sumba finis di urutan tiga kategori ini.

“Semua yang ada di sini adalah terbaik. Mereka sangat mengispirasi. Ke depan, kami masih punya mimpi dan rencana. Kami yakin akan ada hal luar biasa yang akan terjadi,” tegas Adhitya.