Kemenperin Dorong Pengembangan Industri Jamu Nasional

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 13 Desember 2017 | 11:46 WIB - Redaktur: Juli - 352


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, dalam pembangunan industri jamu nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan, perlu mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki guna menghasilkan produk yang inovatif dan kompetitif sesuai kebutuhan pasar saat ini.

“Saat ini, kami tengah dorong daya saing industri wellness, farmasi, herbal, dan produk kecantikan. Kita bersaing dengan market leader di Asia, yaitu Korea. Pada saat yang sama, Thailand juga tengah melakukan pengembangan industri di sektor-sektor tersebut,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa (12/12).

Berdasarkan data Kemenperin, Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai produsen jamu atau herbal di dunia setelah Tiongkok, India dan Korea. “Seyogianya kita mampu melebihi negara-negara tersebut bila kita mengkaji bahwa di Indonesia terdapat 30 ribu jenis tanaman herbal, dan perlu dimanfaatkan oleh industri,” jelas Airlangga.

Hal tersebut juga menjadi potensi pengembangan industri obat tradisional serta kosmetik berbahan dasar alam (organic based cosmetics) yang saat ini sedang menjadi tren di pasar.

“Selain meningkatkan invoasi produk, kami harapkan juga produknya bisa diperjualbelikan secara online. Upaya ini untuk memasuki fase revolusi industri ke-4,” tuturnya.

Dirjen IKM Kemenperin, Gati Wibawaningsih menjelaskan, industri farmasi dan kosmetik termasuk industri obat tradisional, menjadi salah satu sektor andalan karena sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang. Potensi industri kosmetik dalam negeri didukung melalui kekuatan sekitar 760 perusahaan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 75 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung 600 ribu orang.

“Artinya, sektor ini tergolong padat karya, dan kami dorong agar juga berorientasi ekspor,” jelas Gati.

Sedangkan, untuk produsen jamu, saat ini terdapat 986 industri jamu yang terdiri dari 102 Industri Obat Tradisional (IOT) dan selebihnya termasuk Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) yang tersebar di wilayah Indonesia terutama di Pulau Jawa.

“Hingga saat ini, industri obat tradisional mampu menyerap lebih dari 15 juta tenaga kerja, tiga juta diantaranya terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat, dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan aromaterapi,” terang Gati.

Bahkan, industri jamu nasional pada tahun ini mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. “Peta persaingan pasar industri jamu atau obat tradisional di Indonesia masih didominasi oleh produk dalam negeri,” imbuhnya.

Gati menambahkan, program pengembangan industri jamu nasional ke depannya akan diarahkan untuk mendorong penguasaan di bidang teknologi, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, serta mengembangkan dan mengamankan pasar dalam negeri sebagai basis untuk peningkatan industri jamu nasional yang mandiri dan berdaya saing global.