Replika Perkampungan Budaya Betawi Bakal Menjadi Tujuan Wisata Budaya Baru Masyarakat

:


Oleh Eka Yonavilbia, Rabu, 30 Agustus 2017 | 20:19 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Jakarta,InfoPublik – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bakal membangun replika perkampungan budaya betawi di salah satu area Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan. Replika perkampungan budaya Betawi tersebut akan menjadi salah satu destinasi wisata budaya khsusunya kebudayaan Betawi unggulan baru di Setu Babakan.

Upaya tersebut dilakukan untuk melestarikan dan menjaga kebudayaan Betawi dengan mendekatkan kepada masyarakat khususnya anak dan remaja langsung kepada seni dan budaya Betawi itu sendiri. Selain itu mempunyai tujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri tentang kebudayaan Betawi dari segi adat istidat, kesenian Betawi, kuliner khas Betawi, dan lainnya yang berbau unsur Betawi.

Kepala Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (KUPK PBB) dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta (Disparbud), Jumat (25/8) di Jakarta.Rofiqoh Mustafa, mengatakan, pengembangan tentang wisata Perkampungan Betawi ini berdasarkan masterplan terbagi menjadi dua, di antaranya adalah infrastruktur dan seni budaya.

Kawasan Perkampungan Budaya Betawi mempunyai luas sekitar 289 Hektar dan dibagi menjadi dua zona, zona statis dan zona dinamis, zona dinamis lebih kepada masyarakat, dan untuk zona statis baru dikuasai 30% oleh pemprov. Zona A dengan luas sekitar 3,5 Hektar akan dibangun zona kebaya Betawi, sekolah SMK Betawi, dan wahana interaktif permainan Betawi untuk anak-anak seperti engrang, tok kadal dua batu, pong tipong balong, dan beragam jenis permainan lainnya yang merupakan permainan tradisional khas Betawi.

"Sedangkan Zona B terdiri atas kantong Pedagang Kaki Lima (PKL) yang luasnya sekitar 3700m2. Sedangkan untuk membuat reolika perkampungan Budaya Betawi akan dibangun di zona C berupa pulau buatan  yang luasnya sekitar 3,2 Hektar akan dibangun replika perkampungan budaya Betawi beserta komunitasnya, di dalam zona C ini dibagi menjadi tiga bagian replika budaya di antaranya replika Budaya Betawi Pesisir, Pingggiran, dan Perkotaan. Pada zona C ini akan terlihat kentalnya budaya Betawi dari segi kehidupan sehari-hari orang Betawi seperti kalau pagi hari bisa melihat orang betawi pergi ke musala, numbuk padi yang nanti akan dibuatkan sawah, merah susu sapi yang nanti akan dibuatkan juga kandang sapi, orang Betawi membuat tape uli, dodol, dan semua itu dibangun dengan konsep tetap menjadi tempat resapan air dan menjaga lingkungan yang asri," jelas Rofiqoh, di Jakarta.

"Untuk pengembangan seni budaya akan ditempatkan di zona embrio, yaitu zona cikal bakal perkampungan Betawi, sudah dibangun embrio museum Betawi, akan tetapi masih mengumpulkan barang-barang asli Betawi seperti alat masak, pakaian, replika makanan Betawi, lukisan Betawi, dan keseniannya lainnya, selain itu juga sudah ada embrio perpustakaan Betawi beserta buku-bukunya, untuk harapan ke depannya agar bisa memutar video-video Betawi tempo dulu dan ingin membuat transportasi Betawi tempo dulu seperti delman," ujarnya.

“Setu Babakan termasuk salah satu lokasi yang menarik untuk dikunjungi, banyak edukasi budaya khsusunya kebudayaan Betawi yang bisa didapatkan di sana, dengan adanya pembangunan replika perkampungan budaya Betawi pengunjung dapat melihat secara langsung bagaimana kebudayaan Betawi yang asli” tutur Budi Setiadi, S.Sos.,M.Par selaku dosen pariwisata Universitas Indonesia, Senin (28/8) di Depok.

“Saya sangat menikmati suasana di Setu babakan ini mas, ada banyak fasilitas di sini, mulai dari sepeda air, perahu naga, pemancingan, pemandangan danau Setu, dan bangunan yang berornamenkan budaya Betawi, dan di sini sangat kental akan budaya Betawinya mas, saya merasakan hal tersebut, selain itu, ada banyak makanan dan jajanan khas betawi di sini, seperti kerak telor, selendang mayang, dan masih banyak lainnya mas, ini saja belum dibangun replika perkampungan budaya Betawi sudah ramai mas pengunjungnya, apalagi nanti kalau replika perkampungan budaya Betawi tersebut sudah jadi, pasti makin ramai mas yang berkunjung kesini, tidak hanya untuk bersantai-santai menikmati suasana di sini, tetapi juga bisa untuk mengetahui bagaimana sih kehidupan dan budaya orang Betawi yang asli “, Kata seorang pengunjung, Tono (29), Selasa (29/8) di Jakarta. (Mahasiswa Magang/Hilman Rifqi/Eyv)