7 Desa Wisata Raih Penghargaan

:


Oleh Untung S, Selasa, 16 Mei 2017 | 16:18 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 252


Jakarta, InfoPublik - Menjelang Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) II tahun 2017, di Bidakara Jakarta, pada 18 Mei 2017 mendatang yang akan membahas soal homestay desa wisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memperoleh kado istimewa setelah Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) memberikan penghargaan terhadap tujuh desa wisata terbaik 2017.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangannya di Jakarta, Senin (15/5) mengatakan mengapa Rakornas fokus pada tema itu, karena sudah menjadi top three program Kemenpar di 2017 ini, setelah Go Digital dan Air Connectivity. Dua tema itu sudah di-Rakornaskan dan programnya berjalan dengan sukses.

“Kami bangga dengan tema itu apalagi setelah Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PTT) Eko Putro Sandjojo, pada  13 hingga 14 Mei 2017 kemaren memberikan penghargaan itu. Ini juga membuat momentum istimewa, yakni memberikan penghargaan atau reward pada tujuh desa wisata di Indonesia. Benar-benar sudah incorporated,” kata Menpar Arief Yahya.

Terpilihnya desa tersebut berdasarkan penilaian telah mampu menjalankan roda perekonomian melalui wisata dalam Desa Wisata Award 2017. Penghargaan diberikan saat acara Expo BUMDes Nusantara 2017 yang berlangsung di Kota Bukittinggi, Sumbar.

Desa wisata merupakan salah satu program Kemendes PDTT Tahun 2017. Ketujuh desa wisata yang terpilih itu adalah Desa Wisata Jejaring Bisnis Tamansari Banyuwangi, Desa Wisata Agro Malang Pujon Kidul, Desa Wisata Iptek Seigentung Gunkid, Desa Wisata Budaya Ubud Gianyar Bali, Desa Wisata Alam NTT Kabupaten Ende, Desa Wisata Kreatif Teluk Meranti Lalawan Provinsi Riau, dan Desa wisata Maritim Bontagula Bontang Kalimantan Timur.

Menurut Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PTT) Eko Putro Sandjojo, pemberian penghargaan pada desa ini merupakan pertimbangan bagi desa yang telah mampu mengelola dana yang telah disalurkan, dan terbukti meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat desa, sehingga mampu menampung, mengkonsolidasi, dan mewadahi kegiatan usaha ekonomi desa.

“Hadirnya BUMDes menjadi jawaban untuk menggerakkan ekonomi desa. Di sisi lain, dana desa yang disalurkan merupakan program utama pemerintah yang menggelontorkan dana langsung ke desa, sehingga desa bersangkutan mampu berkembang secara mandiri, termasuk di sektor pariwisata,” terang Eko Putro Sandjojo.

Eko Putro Sandjojo menambahkan, dana desa telah meningkatkan status desa menjadi maju dan berkembang. Tahun lalu tercapai 11ribu desa berkembang yang awalnya tertinggal dan 7ribu desa maju. Melebihi target RPJM 2019 yaitu 5ribu desa berkembang dan 2ribu desa maju.

“Dana desa terus membuktikan hasilnya yaitu terbangunnya jalan desa sepanjang 66.884 km, jembatan sepanjang 511,9 km, embung sebanyak 686, saluran irigasi sebanyak 12.596. Di samping itu penyerapan dana desa dari 80% menjadi 99,89%,” ungkapnya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, keberhasilan desa wisata peraih penghargaan ini terbukti mampu mengembangkan potensi pariwisata dan juga potensi sumber daya lokal melalui pola pemberdayaan masyarakat atau Community Based Tourism.

“Ini prestasi yang sangat membanggakan, keberhasilan desa wisata ini tentunya harus menjadi contoh bagi desa yang lainnya di Indonesia, dan ini juga menjadi bagian Indonesia Incoporated untuk membangun pariwisata Indonesia,” kata Menpar Arief Yahya.

Program Desa Wisata, kata Menpar Arief Yahya, juga berhubungan dengan rencana pembangunan 100ribu homestay di 2019, yang dimulai 2017 ini. Desain arsitektur rumah nusantara di homestay juga semakin relevan untuk segera diimplementasi.

“Kelak, ketika Desa Wisata itu sudah siap jual, akan langsung dipromosikan, lalu selling platform-nya juga dimasukkan dalam Digital Market Place (DMP). Maka Desa Wisata itu bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi, karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa yang hommy, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di negara lain,” terang Menpar Arief Yahya