Kemenhub Sumbang Dua Kapal Penyeberangan Untuk Konektivitas di Maluku

:


Oleh Dian Thenniarti, Kamis, 9 Februari 2017 | 14:06 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Perhubungan memberikan bantuan dua buah Kapal Penyeberangan, KMP Tanjung Sole dan KMP Lelemuku untuk meningkatkan konektivitas dan kualitas pelayanan transportasi di Maluku.

Penyerahan bantuan tersebut dilakukan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada Acara Puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2017, di Lapangan Polda Maluku, kota Ambon yang disaksikan Presiden RI Joko Widodo.

Menurut Menhub Budi, dua kapal RO-RO 500 GT berkapasitas masing-masing 148 orang dan 19 unit kendaraan tersebut akan digunakan untuk melayani rute perintis di Maluku untuk lintas Namlea-Waisela dan lintas Saumlaki-Adaut-Letwurung. 

Selain kapal penyeberangan, juga diserahkan bantuan sebanyak 16 unit Bus. Bus tersebut diserahterimakan dan akan dioperasikan oleh Pemerintah kota/kabupaten dan Pemerintah Provinsi Maluku.

Selain meningkatkan konektivitas angkutan penumpang, peningkatan konektivitas angkutan barang melalui transportasi laut di Provinsi Maluku dan sekitarnya juga terus dilakukan melalui pengembangan program Tol Laut dan Rumah Kita.

"Ada dua trayek tol laut baru yang akan segera beroperasi pada Maret 2017, yaitu Trayek TI Tol Laut dengan rute: Tanjung Perak - Wanci - Namlea - Wanci - Tanjung Perak; dan trayek T9 Tol Laut dengan rute: Tanjung Perak - Kisar (Wonreli) - Namrole - Kisar (Wonreli) - Tanjung Perak," jelas Menhub Budi.

Kedua trayek tersebut merupakan pembaharuan dari trayek tol laut yang sudah beroperasi sebelumnya, dengan rute perjalanan yang lebih singkat dan efisien sehingga diharapkan dapat lebih efektif menghilangkan disparitas harga barang di Provinsi Maluku dan sekitarnya.

Menurut Menhub Budi, pada tahun 2016 lalu, trayek tol laut berhasil menurunkan harga-harga barang di daerah Maluku. Paling tinggi penurunan harga terjadi di Namlea dengan rata-rata penurunan harga barang kebutuhan pokok dan penting seperti, beras, bawang merah, gula, daging ayam, tripleks dan semen sebesar 25 persen.

Tidak hanya melalui pembaruan trayek tol laut, untuk mendukung upaya menghilangkan disparitas harga tersebut, Menhub Budi juga telah menginisiasi program bernama Rumah Kita, yaitu tempat pengumpul atau penampungan untuk mengelola barang logistik.

Rumah Kita berfungsi menerima barang-barang yang baru datang dari kapal untuk sebagian didistribusikan ke berbagai daerah sekitar. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat menampung barang-barang dari daerah sekitar, untuk kemudian dibawa ke kapal, menuju ke tujuan awal kapal, misalnya ke Jakarta atau Surabaya.

"Untuk wilayah Maluku, lokasi Rumah Kita akan ditempatkan di daerah Namlea. Daerah ini akan menjadi pusat logistik di provinsi Maluku dan sekitarnya. Rumah Kita di Namlea akan beroperasi bersamaan dengan pengoperasian dua trayek tol laut baru T1 dan T9 dan akan dikelola oleh BUMN," katanya.

Dengan trayek baru tol laut dan Rumah Kita, Menhub Budi berharap, harga barang dapat terus turun sehingga dapat menghilangkan disparitas harga barang antara wilayah barat dengan wilayah timur Indonesia.