Petani Diminta Jual Hasil Panen Padi Ke TTI

:


Oleh MC Kabupaten Banyuasin, Kamis, 5 Mei 2016 | 21:17 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 7K


Pangkalan Balai, InfoPublik - Hasil panen tanaman padi petani di Kabupaten Banyuasin dikenal dengan kualitas gabah kering giling (GKG) terbaiknya. Sayangnya, harga jual masih cukup rendah. Hal ini dirasa sangat merugikan petani di Bumi Sedulang Setudung. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin melalui Badan Ketahanan Pangan (Baketpan) Kabupaten Banyuasin meminta petani untuk tidak menjual hasil panennya kepada tengkulak.

Sebab, tengkulak tidak membeli gabah petani sesuai kualitas tetapi berpatokan pada harga terendah ditingkat petani. "Hindari tengkulak, karena saat memasuki musim panen mereka membeli gabah dengan harga terendah tanpa mempertimbangkan kualitas yang ada. Seharusnya harga dan kualitas berjalan beriringan," kata Bupati Banyuasin, Yan Anton Ferdian SH melalui Kepala Baketpan Banyuasin, Ir Hj Anna Suzanna, baru-baru ini.

Terlebih saat ini, petani bisa menjual gabah dengan harga tinggi sesuai kualitas yang dihasilkan yang tentu saja tidak dapat diwujudkan oleh para tengkulak. Dijelaskan Anna Suzanna, problematika harga jual gabah yang sangat rendah terhadap petani menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin. Untuk mendapatkan solusi dari persoalan tersebut pemerintah melalui Baketpan menggandeng Kementrian Pertanian (Kementan) RI.

Berdasarkan solusi dan saran dari Kementan RI maka diketahuilah bahwa jalan keluar untuk petani Banyuasin lewat jalinan kerjasama dengan Toko Tani Indonesia (TTI). "Sejak lama Kementan RI telah membentuk TTI yang bertugas membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan mengikis habis sepak terjang para tengkulak," jelasnya. Sebagaimana diketahui TTI bersedia membeli gabah petani Banyuasin dengan harga Rp 7.300, lebih tinggi ketimbang mengandalkan tengkulak yang harga di bawah pasaran.

Selain membeli gabah dengan harga terbaik, TTI juga berusaha keras menekan harga jual beras dipasaran. Gejolak harga, sering kali terjadi ketika musim panen, biasanya harga yang diterima petani rendah dan karena itu produsen mengalami tekanan sehingga pemerintah harus melakukan intervensi kebijakan harga. Sebaliknya, ketika harga melambung tinggi, konsumen yang umumnya berpendapatan rendah mengalami kesulitan untuk mengakses pangan.

“Kita gandeng TTI ini diharapkan dapat memperpendek rantai perdagangan pangan sehingga petani sebagai produsen pangan dapat memperoleh marjin keuntungan dan konsumen dapat membeli kebutuhan pangan dengan harga terjangkau,” terang Anna Suzanna. Saat sampai ke distributor yang menjadi rekanan TTI, harga jual petani seharga Rp 7.300 tersebut akan dijual ke pasaran menjadi Rp.7500, sehingga harga beras di pasaran tidak menjadi tinggi.

“Jadi harga jual beras di pasar akan lebih murah,” katanya. TTI juga, kata Anna akan membantu kemasan untuk hasil beras petani dan membantu transportasi gabah menuju distributor yang ada di Kota Palembang. “Beras Banyuasin nanti akan banyak beredar di Palembang, ya tujuannya untuk menekan harga pasar,” lanjutnya. Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Ketersediaan dan Distribusi Pangan, Romlah SP menambahkan jika program TTI tersebut sudah diberitahu kepada kelompok lumbung pangan yang ada di kecamatan penerima program Kementan RI tersebut.

“Bahkan sudah mulai jalan, tahun depan kita rencanakan akan menambah lima kelompok pangan di kecamatan yang berbeda,” bebernya. Perlu diketahui, TTI memberikan bantuan untuk membeli gabah dengan harga tinggi kepada 3 kelompok lumbung pangan yang berasal dari Kecamatan Muara Telang, Air Kumbang dan Muara Sugihan. "Dimasa mendatang diharapkan dapat membantu seluruh daerah sentra produksi padi di Kabupaten Banyuasin," pungkasnya.(mcbanyuasin-312wn/eyv).