Dinkes Bojonegoro Tidak Temukan Kasus Virus Zika

:


Oleh MC Kabupaten Bojonegoro, Selasa, 2 Februari 2016 | 11:24 WIB - Redaktur: Tobari - 537


Bojonegoro, InfoPublik - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan tidak menemukan penderita yang terserang virus Zika, yang berasal dari gigitan nyamuk aedes aegypti, yang selama ini dikenal menjadi penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Tidak ada pasien di Bojonegoro yang terserang virus Zika, sebab munculnya virus Zika hanya ada di negara-negara Amerika Latin," kata Kasi Pengamatan Penyakit dan Kesehatan Masyarakat Dinkes Bojonegoro Kun Sucahyo, di Bojonegoro, Senin (1/2).

Hal itu juga dibenarkan Humas Dinkes Suharto, yang menyebutkan tidak mungkin virus Zika, yang dibawa nyamuk aedes aegpti, terjadi di Bojonegoro, juga di Tanah Air. "Semua kasus DBD yang terjadi selama ini murni terjangkit DBD," kata Suharto, menegaskan.

Sesuai data, dari 105 kasus DBD, selama Januari itu, di antaranya, tiga penderita meninggal dunia asal Desa Kolong, Kecamatan Ngasem, Desa Pandanwangi, Kecamatan Sumberrejo, dan Desa Beton, Kecamatan Kedungadem.

Ia juga menyebutkan tahun lalu tercatat sebanyak 572 kasus DBD, di antaranya, tujuh penderita meninggal dunia. Pada Januari tahun lalu, ditemukan 99 kasus DBD, lebih banyak Januari tahun ini dengan jumlah 105 kasus DBD.

"Meskipun Januari tahun ini jumlah kasus DBD lebih banyak Januari tahun lalu, belum masuk kejadian luar biasa (KLB) DBD," katanya, menegaskan.

Sesuai ketentuan, katanya, penetapan status KLB DBD apabila terjadi peningkatan kasus DBD dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, dalam waktu bersamaan. "Penyebaran DBD di daerah kami tahun ini, terbanyak di sejumlah desa di Kecamatan Sumberrejo, Kedungadem, dan Sugihwaras," jelasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan mengantisipasi penyebaran penyakit  DBD di daerahnya, telah dilakukan pengasapan di berbagai lokasi yang ditemukan kasus DBD. "Pengasapan bukanlah merupakan pilihan utama dalam pemberantasan penyebaran nyamuk aedes aegypti," paparnya.

Dengan demikian, katanya, pemberatasan penyebaran DBD yang paling efektif dan efisien yaitu masyarakat melakukan gerakan memberantas sarang nyamuk melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan mengubur). "Ditambah melakukan abatisasi di kolam air di rumah, atau memberi ikan," ucapnya. (MC Bojonegoro/toeb)