BOPLBF Laksanakan Gerakan BISA di Kampung Adat Wae Rebo

:


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Rabu, 16 September 2020 | 07:47 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 697


Labuan Bajo, Infopublik - Sebagai upaya tindak lanjut dari reaktivasi wisata kampung adat Wae Rebo yang secara resmi dibuka kembali oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat Minggu(6/9/2020)lalu. 

Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) melaksanakan Gerakan BISA di Wae Rebo, Senin, 13 & 14 September 2020.

Seiring dengan dibukanya kembali aktivitas pariwisata di beberapa destinasi wisata di Labuan Bajo dan Flores, Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) secara simultan terus melaksanakan kegiatan padat karya melalui Gerakan BISA (Bersih, Indah, Sehat, Aman) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Gerakan BISA ini sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata melalui penguatan destinasi-destinasi wisata dengan menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, keamanan, dan ramah lingkungan (Cleanliness, Health, Safety, Environment/CHSE secara disiplin.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut melibatkan masyarakat lokal Kampung Wae Rebo diharapkan dapat mempersiapkan masyarakat Wae Rebo untuk kembali menerima kunjungan wisatawan dan sekaligus sebagai upaya mensosialisasikan tatanan normal baru melalui penerapan standar protokol CHSE di destinasi wisata.

Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina mengungkapkan dukungannya untuk masyarakat kampung adat Wae Rebo. Menurutnya, letak Wae Rebo yang jauh dan berada di ketinggian menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi masyarakat maupun wisatawan.

Wae Rebo letaknya jauh dan di ketinggian. Penerapan protokol CHSE harus benar-benar disiplin demi keselamatan bukan hanya wisatawannya, tetapi juga masyarakatnya.

"Nah, ini yang mau kita dorong dan kita benar-benar edukasi agar masyarakat benar-benar paham betapa pentingnya disiplin terhadap protokol kesehatan ini”, terang Shana.

Selain edukasi tentang protokol kesehatan, Shana menegaskan, penyiapan protokol CHSE akan dikembangkan termasuk dengan mendesain jalur evakuasi Kampung Wae Rebo, sehingga pengamanan keselamatan dan kesehatan akan lebih terjamin.

“Kedepannya masyarakat Wae Rebo juga akan dilatih tentang bagaimana mengatasi masalah kesehatan yang mendesak. Perlu didesain jalur evakuasi, sehingga bisa menjamin kemanan dan keselamatan masyarakat maupun wisatawan”, jelas Shana.

Sementara itu, Ketua Lembaga Pelestarian Budaya dan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam dan Budaya Wae Rebo, Fransiskus Mudir saat membuka kegiatan mengungkapkan apreasiasinya terhadap sebagala bentuk upaya yang dilakukan pemerintah pusat mapun daerah terhadap masyarakat Kampung Wae Rebo.

“Kami berterima kasih atas perhatian yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata melalui BOPLBF yang tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada kami. Ini menjadi awal yang baik. Kegiatan seperti ini kami perlukan saat ini, sehinggga kami tidak terus-terusan terkurung dalam rasa takut yang berlebihan”, ungkap Fransiskus.

Lebih lanjut Fransiskus berharap, Gerakan BISA dapat menjadi pemicu agar gaya hidup bersih dan sehat dapat makin diterapkan dan kedepannya menjadi gaya hidup masyarakat Kampung Wae Rebo, selain memberikan keindahan juga kenyamanan pada semua pihak.

Setelah melakukan kegiatan bersih–bersih bersama dan simulasi penerapan protokoler kesehatan, BOPLBF juga memberikan secara simbolis beberapa peralatan pendukung untuk kelancaran penerapan normal baru pada destinasi wisata seperti alat Thermo Gun , pembagian masker dan Face Shield, serta alat – alat kebersihan seperti sapu lidi dan alat kebersihan lainnya.

Pelaksanaan Gerakan BISA di Kampung Adat Wae Rebo merupakan kali ke 5 yang digelar BOPLBF. Gerakan BISA pertama kali dilaksanakan di Kab. Sikka, menyusul Pulau Komodo, Kab. Ende, Kampung Air Labuan Bajo, dan kini di Wae Rebo Kab. Manggarai.

Kampung Adat Wae Rebo sendiri merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Manggarai. Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi yang ada di Indonesia dengan pemandangan yang sangat indah dengan dikelilingi pegunungan yang ada.

Karena lokasinya yang cukup tinggi, untuk mencapai desa ini, para wisatawan harus melakukan trekking selama dua jam untuk mencapai desa dengan melewati 3 pos pendakian, namun perjalanan itu akan terbayar dengan ramahnya penduduk, pemandangan yang indah, dan juga kopi panas asli yang merupakan salah satu produk perkebunan masyarakat Desa Wae Rebo.(mckabmanggaraibarat/ Syarif ab)